Komunitas Happy Eater, Galakkan Pola Makan Menyenangkan bagi si Kecil

Sabtu, 16 Februari 2019 | 10:32 WIB
Komunitas Happy Eater, Galakkan Pola Makan Menyenangkan bagi si Kecil
Komunitas Eater menerapkan pola makan menyenangkan dan sehat bagi si kecil. (Dok Komunitas Eater)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Komunitas Happy Eater, Galakkan Pola Makan Menyenangkan bagi si Kecil.

buat para bunda, memasuki fase pemberian makanan pendamping ASI untuk si kecil adalah fase yang penuh tantangan. Karena tidak sedikit anak yang rewel ketika diberi makan. 

Mungkin pola pemberian makan Anda masih kurang menyenangkan bagi si kecil. Hal ini diungkapkan Annisa Anastasia selaku founder komunitas Happy Eater Indonesia.

Icha, panggilan akrabnya, menerima banyak sekali pertanyaan dari para 'mamah muda' mengenai pola MPASI Baby Lead Weaning atau BLW yang saat itu menjadi bahan perbincangan berkutat soal  bagaimana menangani anak yang rewel ketika diberi makan? 

Baca Juga: Dibekap Cedera, MU Tanpa Martial dan Lingard Hingga Tiga Pekan

Icha sendiri merupakan ibu yang telah menjajal konsep MPASI tersebut dan merasakan efek positif terhadap buah hatinya. Ia juga menjual buku mengenai BLW yang semakin susah didapat.

Komunitas Eater terapkan pola pemberian makan anak dan tumbuh kembangnya. (Dok Komunitas Eater)
Komunitas Eater terapkan pola pemberian makan anak dan tumbuh kembangnya. (Dok Komunitas Eater)

"Karena banyak ibu-ibu yang kritis dan pengen tahu soal BLW tapi persediaan bukunya habis, saya inisiatif bikin Grup Whatsapp sehingga jadi tempat diskusi bagi para ibu yang memang sedang mempelajari metode ini," ujar Icha kepada Suara.com baru-baru ini.

Merasa satu visi dan menyadari bahwa kumpulan ibu-ibu yang bergabung di Grup WhatsApp tersrebut mau belajar dan tak hanya menelan mentah-mentah tentang pola MPASI ini, Icha pun menseriusinya dengan menetapkan tujuan baru dari komunitas yang akhirnya diberi nama Happy Eater Indonesia.

Menurut Icha, pola pemberian MPASI apapun tidak masalah asal diyakini sang ibu terbaik bagi buah hatinya. Yang terpenting, kata dia, anak harus menjadi 'happy eater' sehingga pola pemberian MPASI harus diciptakan senyaman mungkin bagi anak.

Menciptakan suasana gembira dan nyaman memang menjadi tujuan utama agar anak tidak trauma dengan sesi makan. Namun Icha mengingatkan bahwa suasana bahagia dan nyaman ini tetap sebaiknya sesuai dengan aturan makan yang baik.

Baca Juga: Penjanjian MLA Mekumham - Swiss Dinilai Dapat Persempit Gerak Koruptor

"Happy Eater sendiri sebenarnya tidak berarti memperbolehkan segala cara asal anak senang makan. Alasannya karena makan adalah satu proses tersendiri, idealnya ketika makan, tidak disambi dengan kegiatan lain seperti makan dan menonton. Harapannya agar anak makan dengan penuh kesadaran," imbuhnya.

Anak yang sadar apa saja yang dikonsumsi, lambat laun akan membentuk pola makan dirinya. Ia akan tahu kapan perutnya merasa lapar dan sadar kapan harus berhenti. Tentu saja, adakalanya kondisi ideal ini tidak bisa diterapkan. Icha mengatakan sesekali disambi dengan kegiatan lain seperti bermain atau menonton mungkin tidak masalah, namun jangan dijadikan kebiasaan yang dilakukan berulang-ulang.

Komunitas Eater terapkan pola pemberian makan anak dan tumbuh kembangnya. (Dok Komunitas Eater)
Komunitas Eater terapkan pola pemberian makan anak dan tumbuh kembangnya. (Dok Komunitas Eater)

"Anak masih dalam fase belajar jadi wajar kalau anak ingin bermain atau menonton karena itu adalah kegiatan yang dia sukai, namun orang tua perlu memiliki kendali, salah satunya soal adab makan. Adab makan yang baik itu makan dalam posisi duduk, tidak berdiri atau sambil berjalan, pandangan fokus menghadap makanan yang ada di depan, juga mengajarkan anak berdoa sebelum dan sesudah makan," imbuh dia.

Selain mendiskusikan mengenai tumbuh kembang si kecil, fokus kegiatan komunitas Happy Eater juga menitikberatkan pada sang ibu. Icha mengatakan Grup WhatsApp Happy Eater terkadang menjadi wadah curhat bagi para ibu untuk meluapkan apa yang dialami buah hatinya.

Menurut dia, ketika sang ibu tidak bahagia maka akan sulit untuk menciptakan anak yang happy eater. Itu sebabnya para ibu harus meluruhkan segala emosi negatif, salah satunya melalui curhat.

"Happy Eater sendiri, fokusnya tidak hanya pada anak, tapi justru pada ibu atau pendamping anak. Jadi ketika anak lagi nggak mau makan, biasanya kita saling mengingatkan untuk periksa emosi ibunya saat itu bagaimana, karena emosi ibu ini akan nyetrum ke anak," ujar Icha.

"Jadi penting banget buat ibu-ibu untuk terus menjaga kewarasannya sendiri juga. Karena seringkali ibu-ibu ini cuma butuh mengeluarkan unek-uneknya, jadi ketika kembali ke dunia nyata ketemu anaknya lagi, perasaannya jadi jauh lebih baik," lanjutnya.

Komunitas Eater terapkan pola pemberian makan anak dan tumbuh kembangnya. (Dok Komunitas Eater)
Komunitas Eater terapkan pola pemberian makan anak dan tumbuh kembangnya. (Dok Komunitas Eater)

Sejak dua tahun berdiri, komunitas Happy Eater telah memiliki sekitar 250 anggota yang tersebar di berbagai daerah di Indonesia. Icha mengatakan karena berawal dari Grup WhatsApp maka interaksi antar anggota komunitas memang paling banyak dilakukan di platform tersebut. Namun tak jarang komunitas ini juga mengadakan kopdar (kopi darat) untuk ajang bersilahturahmi langsung dengan para anggotanya.

"Kita adakan event offline juga membahas masalah anak. Ada di Surabaya, 'Happy Mama vs GTM' dan di Bogor, 'Curhat Happy Mama, Ketika MPASI Tak Seindah Instastory'. Formatnya disitu kita kasih wadah buat para member dan umum, untuk curhat langsung face to face. Ada juga penggalangan donasi untuk korban bencana Lombok dan Palu mendukung pemberian makanan bayi dan balita," imbuh dia.

Efek positif menciptakan anak yang 'happy eater' menurut Icha sangat banyak. Mulai dari membentuk pola makan anak untuk jangka panjang, hingga menghindari drama GTM alias gerakan tutup mulut dan pilih-pilih makanan yang kerap dialami anak-anak di usianya. Jadi menurut Icha, sebagai orangtua kita harus bisa lebih santai dan tenang saat menemani proses belajar makan si kecil.

"Orangtua tidak perlu memusingkan nama metode yang dia terapkan apakah sudah sesuai metode ABCDE atau belum, karena tidak ada metode yang paling tepat untuk anak anda, kecuali metode anda sendiri, karena anak anda adalah individu yang unik," ungkap Icha.

Setelah dua tahun berdiri, Happy Eater kini memiliki fokus yang lebih luas. Sesi 'Kulwap' alias Kuliah WhatsApp tak hanya membicarakan bagaimana agar anak menjadi 'happy eater' tapi juga 'healthy eater'. Icha mengatakan, para anggota Happy Eater kini mulai peduli memilih jenis makanan yang sehat untuk buah hatinya.

"Jadi bagaimana kita membentuk pola makan jangka panjang anak. Makan makanan yang sehat, makan di waktu yang tepat, makan sesuai kebutuhannya. Harapannya akan menjadikan anak-anak di masa mendatang menjadi pribadi yang lebih baik dan jauh lebih sehat juga," imbuhnya.

Alasanya, kata Icha banyak anak di komunitas Happy Eater bermasalah dengan alergi dan sensitifitas makanan. Oleh karenanya, selain pemilihan pangan sehat, komunitas ini juga memberi perhatian khusus pada pemulihan pencernaan.

"Asupan probiotik dalam menu harian anak menjadi salah satu ikhtiar yang banyak ditempuh oleh ibu-ibu di komunitas kami. Kita adakan workshop juga beberapa waktu lalu untuk membuat kefir yang merupakan sumber probiotik. Ibu-ibu tidak hanya menyerap teori tapi juga mempraktikkannya," tambah Icha.

Bagaimana nih bunda, tertarik untuk bergabung dengan komunitas Happy Eater?

Sayangnya sementara waktu komunitas ini sedang tidak membuka pendaftaran anggota baru. Tapi Anda tetap bisa mengulik informasi seputar pola pemberian makan anak dan tumbuh kembangnya di akun Instagram @happyeater.id. Selamat menemani proses belajar si kecil, bunda!

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI