Suara.com - Ketika pesawat rute Uruguay-Chile menabrak pegunungan Andes tahun 1972, Pedro Algorta bersama beberapa penumpang lainnya berhasil bertahan, bahkan hingga 71 hari harus mendekam di antara suhu di bawah nol derajat celcius.
Salju yang longsor dan serangan hipotermia membuat harapan hidup kian menipis sementara persediaan makanan perlahan habis.
Di antara gelimang jenazah penumpang pesawat lainnya dan keharusan untuk bertahan hidup, Algorta dan 15 orang yang masih selamat harus mengambil keputusan berat, memakan daging orang-orang yang telah mati atau memilih mati bersama mereka.
Naluri bertahan hidup pun membuatnya harus mengindahkan akal sehat sejenak, potongan daging manusia ia lumat guna bertahan dari kematian lainnya.
Baca Juga: Beli Tiket Pesawat saat Travel Fair Lebih Untung, Ini Alasannya
Sambil terus menyisir padang salju dan terpaan badai nan mencekam, Algorta dan penumpang lainnya menyisihkan potongan daging manusia ke dalam kantung pakaian. Semua dilakukannya agar tidak kekurangan gizi.
21 tahun kemudian kisah Algorta makan daging manusia demi bertahan hidup diangkat ke layar lebar melalui film bertajuk Alive.
Dia menjadi saksi bagaimana manusia dapat menembus batas kemampuannya demi bertahan hidup.
GuideKu.com/Aditya Prasanda
Baca Juga: Ini Yatch Terbesar di Dunia, Pembuatannya Habiskan Belasan Triliun Rupiah