Foto 10 Years Challenge Kunto Aji Viral, Bukti Alam Butuh Perhatian

Kamis, 14 Februari 2019 | 14:45 WIB
Foto 10 Years Challenge Kunto Aji Viral, Bukti Alam Butuh Perhatian
Foto 10 Years Challenge Kunto Aji. (Instagram/@kuntoajiw)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Awal tahun 2019, tagar #10YearsChallenge meramaikan media sosial dan membuat para pengguna di seluruh dunia mengunggah foto perubahan diri dalam kurun waktu satu dekade. Tren viral 10 Years Challenge ini ternyata juga dimanfaatkan oleh para aktivis dan organisasi peduli lingkungan di seluruh dunia untuk meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap perubahan lingkungan dan iklim akibat pemanasan global selama 10 tahun terakhir.

Salah satunya adalah unggahan #10YearsChallenge seniman Kunto Aji. Musisi yang satu ini mengunggah foto telah mencairnya gunung es dari tahun 2008 sampai 2018, akibat dampak dari perubahan pemanasan global.

Laporan Khusus tentang Pemanasan Global 1,5° C (Special Report on Global Warming of 1,5° C) yang dirilis Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) memeringatkan jika pemanasan global melebihi 1,5°C, akan berdampak buruk pada bencana alam, peningkatan permukaan air laut, kemiskinan, ekosistem makhluk hidup, bahkan ketahanan pangan di berbagai belahan dunia.

Living Planet Index yang meneliti lebih dari 4.000 spesies di dunia juga merilis Living Planet Report 2019, dan statistik utama dari laporan ini menunjukkan kepunahan spesies rata-rata 60% antara tahun 1970 dan 2014, yang berarti bahwa, rata-rata, populasi hewan pada tahun 2014 telah mengalami penurunan lebih dari setengah populasi mereka pada tahun 1970.

Baca Juga: Jokowi Ambil Kesempatan Klarifikasi Isu di Debat Pilpres Kedua Besok

Indonesia pun menjadi negara yang rentan terhadap dampak perubahan iklim. Peningkatan curah hujan dan bahkan beberapa wilayah di Indonesia mengalami dampak yang ekstrim saat ini.

Salah satunya adalah banjir di Sulawesi Selatan baru-baru ini yang merendam 78 desa di 52 kecamatan yang tersebar di 10 kota dan kabupaten. Biro Hubungan Masyarakat Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan mengatakan bahwa bencana banjir dan longsor tahun ini merupakan yang terburuk selama 10 tahun terakhir.

Melihat kondisi tersebut, Wirahadi Suryana, Direktur Zurich Insurance Indonesia mengatakan sudah waktunya cara pandang kita berubah. Semua pihak perlu terlibat dalam kontribusi nyata untuk menangani dampak yang muncul dan menyikapi perubahan iklim supaya tidak semakin parah.

Wira pun memaparkan bahwa setiap individu dapat terlibat aktif dalam melakukan berbagai upaya untuk mengurangi risiko banjir.

Menjaga lingkungan adalah hal mendasar dan terpenting karena ini bagian dari mitigasi yang dapat kita lakukan. Mulai dari pengurangan limbah dan sampah, memperbanyak tanaman hijau dan area resapan di sekitar rumah. Kita dapat mulai dengan menghindari pemakaian kantong plastik, menggunakan sedotan stainless steel yang dapat digunakan berkali-kali, menghemat penggunaan air bersih untuk mengurangi limbah.” jelas Wira melalui siaran pers yang diterima Suara.com.

Baca Juga: Sabu Oplosan di Bogor Lebih Berbahaya Dibanding yang Asli

Mitigasi bencana dan manajemen risiko patut dilakukan untuk mencegah tingginya kerugian yang muncul dari perubahan iklim.

“Edukasi terkait dengan manajemen risiko dari bencana alam juga patut digalakkan oleh pihak-pihak terkait, apalagi mengingat bahwa saat ini biaya pemulihan dapat mencapai hampir 9 kali lebih tinggi daripada biaya yang dikeluarkan untuk pencegahan," lanjutnya.

Rencana perlindungan yang matang juga menjadi keharusan bagi individu masa kini, karena bencana alam tidak dapat diprediksi waktu kejadiannya.

“Selain perlindungan mendasar seperti proteksi jiwa, kepemilikan asuransi aset juga menjadi urgen, termasuk perlindungan terhadap properti dan kendaraan bermotor untuk mengantisipasi kerugian akibat bencana alam, seperti banjir, angin kencang, serta badai dan petir,” tutup Wira.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI