Suara.com - 5 Fakta Love Hotel, Pusat Penginapan Seks di Jepang.
Di Jepang, ada salah satu hotel yang sangat terkenal. Bukan karena kemewahannya, tetapi karena hotel tersebut menawarkan fasilitas seks yang lengkap.
Love Hotel, pusat penginapan murah di Jepang ini begitu populer bagi banyak orang yang ingin memperoleh ruang privat untuk melakukan aktivitas seksual.
Sebelum menjamur dan terkenal seperti sekarang ini, siapa sangka tipikal penginapan sejenis Love Hotel telah berdiri sejak zaman Edo, tepatnya pada 1603 hingga 1868.
Baca Juga: Mau Dicambuk 25 Kali, Perempuan Perkara Mesum Menangis Histeris
Lantas seperti apa seluk beluk Love Hotel? Berikut 5 fakta tentang Love Hotel, pusat penginapan Seks di Jepang dikutip dari DewiKu.
Murah dan bersih
Tak seperti hotel melati kebanyakan yang dapat kita temukan di Indonesia, hotel yang dapat disewa dalam durasi singkat ini terkenal bersih meski bisa disewa dengan biaya yang murah.
Reservasi elektronik
Bahkan demi menjaga privasi pelanggan yang malu membawa pasangannya ke hotel ini, Love Hotel menyediakan tempat reservasi elektronik yang memungkinkan kita memilih tipe kamar dan langsung membayar kontan pada mesin pemesan, tanpa menghadap seorang resepsionis sama sekali.
Baca Juga: MA: Buni Yani Dapat Ditahan Jaksa
Beragam properti seks dijajakan
Love Hotel juga menyediakan vending machine yang menjajakan beragam mainan seks.
Tak hanya itu, beberapa kamar juga menyediakan fasilitas bagi mereka yang hendak beraktivitas seksual menggunakan fantasi terliar.
Digandrungi semua kalangan
Sebab dibanderol dengan harga murah dan memiliki fasilitas yang terbilang lengkap, Love Hotel digandrungi semua kalangan, dari usia tua hingga muda, baik mereka yang melarat dan kaya raya.
Per kamar dikenakan tarif sebesar 8 ribu Yen atau setara Rp 1 juta.
Dikunjungi jutaan orang
Diperkirakan sekitar 37 ribu Love Hotel tersebar di seantero Jepang.
Laporan Guardian menyebut, Hotel Love yang menjadi pusat penginapan di Jepang disambangi sekitar 1,4 juta penduduk Negeri Matahari Terbit dan rata-rata tiap kamarnya digunakan 2 pasangan per hari. (Aditya Prasanda)