Laporan PBB menyebut, anggapan bahwa perempuan menstruasi dapat membawa sial tak hanya tumbuh di Nepal namun juga di Uganda dan beberapa negara di Afrika lainnya.
Jane Ussher, dosen psikologi kesehatan wanita di Western Sydney University menyebut tabu terhadap menstruasi telah tumbuh sangat lama di bermacam kebudayaan dan negara di dunia.
''Pada bermacam kebudayaan, menstruasi kerap diasosiasikan dengan sesuatu yang kotor, menjijikkan, memalukan dan menakutkan,'' ungkap Jane Usher seperti dikutip Guideku.com dari ABC News.
Tentu salah kaprah yang dibiarkan menahun ini telah mencederai hak dan keberadaan wanita di lingkungan masyarakat yang begitu mempercayai stigma tersebut.
Baca Juga: Video: Vanessa Angel Merasa Polisi Terburu-buru Jadikan Dirinya Tersangka
Padahal menstruasi sesungguhnya merupakan kondisi normal yang terjadi pada wanita setiap bulannya. Kondisi tersebut terjadi sebab dinding rahim di bagian dalam luruh akibat tidak dibuahi.
Mahkamah Agung Nepal telah menyatakan bahwa tradisi Chhaupadi merupakan salah satu bentuk pelanggaran Hak Asasi Manusia dan telah dilarang sejak tahun 2005.
Bahkan tradisi berbahaya ini telah menelan begitu banyak korban, dari kasus Amba Bohara yang tewas bersama kedua anaknya akibat menghisap asap perapian saat berada di gubuk menstruasi, lalu seorang ibu yang kehilangan anaknya yang jadi sasaran serigala saat meninggalkan bayinya sejenak di gubuk menstruasi hingga kasus seorang perempuan yang digigit ular saat diasingkan.
Jadi tradisi mengasingkan diri dari rumah dan keluarga saat mengalami haid cukup membuat resah karena tempat pengasingan dan anggapan sosial soal membawa sial tersebut tentunya. (Aditya Prasanda)
Baca Juga: Korupsi PT DGI Bakal Dibawa ke Debat Capres, Sandiaga: Silakan