Tradisi Mengasingkan Perempuan Haid di Nepal Berujung Maut

Rabu, 16 Januari 2019 | 19:40 WIB
Tradisi Mengasingkan Perempuan Haid di Nepal Berujung Maut
Ilustrasi tradisi perempuan mengasingkan diri saat menstruasi. (Wikimedia Lindseymaya)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Tradisi di tiap negara memang berbeda, tapi keadaan dimana seorang perempuan mengasingkan diri dari rumah dan keluarga saat mengalami menstruasi cukup memprihatinkan.

Saat seorang perempuan Nepal tengah mengalami masa menstruasi dan menjalankan Chhaupadi, ia akan diasingkan ke tempat terpisah berbentuk gubuk yang disebut gubuk menstruasi.

Tradisi mengasingkan diri ini disebut sebagai Chhaupadi, biasa dilakukan perempuan yang belum bersuami maupun yang telah menikah.

Mirisnya gubuk yang dibuat khusus oleh anggota keluarga tersebut kerap disulap dari gudang pertanian, lumbung padi bahkan dari kandang hewan ternak nan berbau tak sedap.

Baca Juga: Video: Vanessa Angel Merasa Polisi Terburu-buru Jadikan Dirinya Tersangka

Selama sepekan, perempuan yang mengalami masa menstruasi harus diasingkan dan tidur di dalam gubuk.

Dalam masa pengasingan tersebut, para wanita tak diizinkan memasak, menyentuh ternak, menyentuh simbol agama, menyentuh sumber air dan menyentuh anggota keluarga lainnya.

Masyarakat Nepal meyakini mereka yang mengalami menstruasi akan menularkan sial melalui apa yang mereka sentuh.

Bahkan jika wanita menstruasi tersebut tidak diasingkan, petaka akan menghampiri kediaman dan keluarga wanita tersebut, semacam kebakaran rumah, kepala rumah tangga yang mendadak sakit hingga rumah yang disambangi harimau.

Sementara untuk makan sehari-hari, anggota keluarga si wanita akan menyiapakan dan mengantarkan makanan khusus ke gubuk menstruasi.

Baca Juga: Korupsi PT DGI Bakal Dibawa ke Debat Capres, Sandiaga: Silakan

Hari ini, meski tidak semua keluarga di Nepal tega mengasingkan putri maupun anggota keluarga mereka saat Chhaupadi, stigma yang dimunculkan tradisi menahun tersebut membuat banyak keluarga tertekan oleh tekanan sosial jika tidak turut melakukan tradisi ini.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI