Suara.com - Setiap rumah tangga pasti ada masalah, namun tidak sedikit yang menyerah dan memutuskan untuk bercerai, menurut studi jumlah perempuan yang mengajukan gugatan cerai lebih banyak dibandinglaki-laki, apa sebabnya?
Dilansir dari laman Psychology Today, Gad Saad, PhD, seorang ilmuwan dari John Molson School of Business di Kanada, menemukan bahwa sebanyak 68,9% kasus perceraian diajukan oleh pihak wanita setelah mengamati ulasan survei tahun 2000 mengenai kasus-kasus perceraian di Amerika Serikat yang diterbitkan dalan jurnal American Law and Economics Review.
Apa yang membuat wanita lebih dominan menuntut dan memilih berpisah ketimbang pria? Peneliti sepakat bahwa ada beberapa alasan kuat kenapa lebih banyak yang mengajukan gugatan cerai, seperti:
1. Masalahnya sudah kelewat gawat
Baca Juga: Pada 2019, PUPR Targetkan Bangun 1,25 Juta Rumah
Ada begitu banyak kemungkinan terjadinya masalah dalam sebuah rumah tangga. Mulai dari masalah sepele sampai yang bikin perang dingin.
Namun, apa yang memicu seorang wanita minta cerai dari suaminya mungkin tidak melulu karena konflik rumah tangga seperti perselingkuhan.
Selaiknya pepatah lama yang berucap “sedikit-sedikit lama-lama jadi bukit”, kadang masalah kecil yang terjadi berulang bisa sangat menggerogoti batin perempuan sehingga rasa sakit hati, kecewa, marah, dan dongkol yang selama ini ia pendam membuatnya tidak lagi merasa ragu untuk minta berpisah.
Terlebih apabila si pria mungkin merasa isu tersebut tidak seharusnya dibesar-besarkan. Misalnya saja, perempuan yang merasa suaminya tidak pernah ada di rumah karena terlalu sibuk kerja atau tidak ingin terlibat dalam mengurus anak maupun rumah.
Beberapa lainnya mungkin tidak merasa ragu untuk meninggalkan suaminya terkait perbedaan prinsip membesarkan anak, masalah finansial, atau ketika mereka ketahuan terjerat masalah hukum.
Baca Juga: Ini Barang Bukti Narkoba Aris Idol, Siang Ini Dipamerkan
2. Merasa kurang puas dengan hubungan yang dijalani
Masih ada sangkut pautnya dengan poin pertama, wanita bisa saja memilih untuk mengajukan gugatan cerai karena merasa selalu “bertepuk sebelah tangan” dalam mengarungi rumah tangga. Pasalnya, pernikahan adalah sebuah hubungan kemitraan.
Nah kadang, harapan tidak berjalan sesuai dengan realita. Menurut sebuah studi terbitan Journal of Family Issues, pria jauh lebih jarang melakukan pekerjaan rumah daripada istrinya. Hal ini bisa membuat pihak istri merasa diperlakukan tidak adil. Mereka harus mengurus rumah, merawat anak, sekaligus menjadi istri yang baik, tapi si suami tidak bersedia ikut andil dalam hal-hal yang juga seharusnya menjadi tanggung jawab dirinya.
Tidak jarang juga banyak perempuan yang merasa tidak puas dengan ekspektasi kehidupan rumah tangganya karena jadi merasa dikukung oleh suaminya sendiri. Misalnya tidak boleh bekerja setelah menikah dan harus mengurus rumah. Kekangan tersebut dapat menjadi pemicu ketidakpuasan batin bagi kebanyakan wanita, termasuk pula wanita yang sudah mapan sejak sebelum menikah.
3. Kekerasan dalam rumah tangga
Sebuah studi yang dilakukan oleh Michael Rosenfeld, seorang dosen sosiologi di Stanford University, menemukan bahwa selain rasa ketidakpuasan dan kekangan yang lama-lama bikin “gerah”, satu alasan besar yang mendorong wanita akhirnya mengajukan gugatan cerai adalah perlakuan kasar dari suaminya. Baik itu secara fisik, verbal (dengan kata-kata), psikologis dan emosional (manipulatif alias “gaslighting”), atau bahkan kekerasan seksual (pemerkosaan dalam perkawinan).
Semua tindak-tanduk di atas tergolong sebagai kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) yang tentu tidak dapat ditoleransi. Termasuk juga kekerasan fisik dan seksual pada anak-anak.
Rosenfeld juga menemukan alasan lain yang membuat wanita memutuskan minta cerai adalah karena merasa dikendalikan lewat “teror” aturan-aturan yang diterapkan oleh keluarga sang suami.
Adakah cara untuk mencegah perceraian?
Perceraian adalah keputusan kedua pasangan untuk masa depan hubungan mereka. Namun, perlu pertimbangan matang-matang sebelum mengambil jalan ini.
Nah, untuk mempertahankan hubungan dan menghindari perceraian, simak beberapa tipsnya, seperti:
-Meningkatkan komunikasi satu sama lain, yaitu mengutarakan dan mendengarkan perasaan satu sama lain.
-Berkompromi dan tidak saling menyalahkan.
-Bila perlu, luangkan waktu untuk menenangkan diri
-Belajar untuk saling memaafkan kesalahan satu sama lain.
Jadi perempuan yang mengajukan gugatan cerai karena banyaknya masalah pernikahan, diharapkan sudah mencoba berbagai cara untuk menyelamatkannya terlebih dahulu.