Suara.com - Tidak transparannya pengetahuan soal seks membuat tidak sedikit mitos soal sperma masih membuat para laki-laki bingung, bahkan ada yang sangat menyesatkan.
Padahal pengetahuan ini sangat penting bagi kaum laki-laki, baik di masa puberitas atau sudah diwasa.
Sperma adalah sel yang dikeluarkan oleh penis setiap kali seorang laki-laki melakukan ejakulasi. Seperti yang mungkin sudah Anda tahu, sperma pria yang membuahi sel telur bisa menyebabkan kehamilan.
Ini mitos yang tersebar beserta fakta sebenarnya lho dilansir Hello Sehat.
Baca Juga: KNKT Target CVR Lion Air JT 610 Selesai Diunduh dalam 5 Hari
Mitos 1: “Sperma tidak bertahan lama setelah ejakulasi”
Nyatanya, lama hidup sperma tergantung pada tempat di mana sperma dikeluarkan. Jika sperma dihasilkan saat penetrasi dalam vagina, sekitar tiga sampai lima hari ke depan sperma masih dapat bertahan hidup.
Namun, tidak demikian bila sperma dihasilkan di luar tubuh. Hanya dalam hitungan menit sperma sudah bisa mati karena faktor lingkungan yang tidak mendukung. Terlebih karena sperma menyukai tempat yang lembap, sehingga kemungkinanya untuk mati akan semakin besar ketika keluar di luar tubuh dan mengering.
Mitos 2: “Sperma yang menempel di kulit bisa bikin hamil”
Tentu saja tidak semudah itu. Sel sperma hidup di dalam air mani pria yang akan dikeluarkan setiap kali ejakulasi. Idealnya, setelah masuk ke dalam vagina maka sperma akan memisahkan diri dari air mani dan berenang sendiri menghampiri sel telur.
Baca Juga: Satria Tama Tak Pikirkan Persaingan Posisi Kiper di Timnas U-22
Pembuahan dari sel telur dan sperma inilah yang berkembang menjadi janin. Bagaimana dengan sperma yang menempel di kulit? Begini, umumnya sperma dapat bertahan selama beberapa menit di luar tubuh. Durasi ini akan semakin singkat tergantung dari cahaya, udara, lingkungan, serta seberapa cepat sperma mengering.
Sperma yang masih basah dan menempel pada kulit tidak serta-merta terserap ke pori-pori kulit hingga menimbulkan kehamilan. Intinya, kecil kemungkinan sperma untuk dapat bertahan hidup di atas permukaan kulit. Karena itu, sperma yang menempel di kulit wanita tidak akan menyebabkan kehamilan.
Mitos 3: “Semakin kental tekstur sperma, semakin subur untuk pembuahan”
Faktanya, kekentalan air mani bukanlah tolak ukur pasti untuk menilai tingkat kesuburan sperma untuk membuahi. Sebab bagaimana pun tekstur sperma yang dihasilkan saat ejakulasi, nantinya tetap membutuhkan bantuan dari sistem reproduksi wanita untuk bergerak mencapai sel telur.
Sperma yang masuk ke dalam vagina akan bersentuhan dengan lendir pada rahim. Tugas lendir ini adalah untuk melindungi sperma dari vagina yang asam, sekaligus menolak sperma yang tidak memenuhi kualitas untuk membuahi sel telur. Jadi, apa pun tekstur sperma sebenarnya akan tetap sama bagi sistem reproduksi wanita.
Mitos 4: “Menelan sperma pria bisa bikin hamil”
Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, kehamilan hanya bisa terjadi ketika sel telur dibuahi langsung oleh sperma melalui proses penetrasi. Artinya, sperma harus masuk terlebih dahulu ke dalam rahim melalui vagina, baru kemudian bertemu sel telur untuk menghasilkan pembuahan.
Sedangkan ketika Anda menelan sperma, alur masuknya sperma ke dalam tubuh tidak akan berujung pada sistem reproduksi. Sama seperti saat menelan makanan dan minuman, sperma yang masuk ke dalam kerongkongan akan berakhir di sistem pencernaan. Sperma tidak akan “nyasar ke sistem reproduksi.
Zat di dalam pencernaan Anda akan membunuh sperma sehingga tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya. Jadi tentunya tidak mungkin mengakibatkan kehamilan.
Mitos 5: “Cairan praejakulasi tidak akan bikin hamil”
Sebenarnya mitos tentang sperma ini tidak sepenuhnya salah. Ketika bicara mengenai cairan praejakulasi, Anda mungkin berpikir bahwa sperma tidak akan terkandung di dalamnya. Padahal, terkadang sperma masih tersisa di uretra yang merupakan saluran tempat di mana air seni dan air mani dikeluarkan.
Singkatnya, masih ada kemungkinan sperma akan terbawa bersama cairan praejakulasi saat dikeluarkan. Bedanya, jumlah sperma yang tercampur dengan cairan praejakulasi ini mungkin tidak sebanyak yang ada dalam cairan air mani.
Namun, para pakar kesehatan mengatakan bahwa sperma yang ada dalam cairan praejakulasi terbilang aktif dan sehat untuk berkembang menjadi pembuahan bersama sel telur. Jadi, bahkan sebelum pria benar-benar orgasme dan berejakulasi pun proses penetrasi tetap bisa bikin hamil.
Mitos 6: “Setiap sel sperma pasti sehat”
Ibarat kondisi tubuh yang bisa jadi sakit sewaktu-waktu, sel sperma pria pun demikian. Agar dapat bergerak dengan lancar mencapai sel telur, sperma harus dalam kondisi prima tanpa cacat sedikit pun. Sayangnya, kadang ada satu atau beberapa bagian sperma yang tidak mendukung.
Entah itu kepala yang tidak sempurna, bentuk ekor yang aneh, hingga bagian tubuh yang tidak lengkap. Ke semua hal ini yang akan menyulitkan perjalanan sperma pria dalam mencapai sel telur.
Jadi banyak hal yang sangat mempengaruhi kesuburan sperma.
Wah, ternyata banyak mitos soal sperma laki-laki yang sangat bertentangan dengan kenyataannya, jadi paham kan sekarang faktanya.