Bobotnya 350 Kg, Ini 7 Fakta Wanita Tergemuk di Kalimantan Tengah

Jum'at, 11 Januari 2019 | 20:10 WIB
Bobotnya 350 Kg, Ini 7 Fakta Wanita Tergemuk di Kalimantan Tengah
Titi Wati (37) wanita tergemuk di Kalteng bersama Herlina (19) anak kandungnya saat beraktivitas sehari-hari di kediamannya di Jalan G Obos XXV atau Jalan Bima Kelurahan Menteng, Kota Palangka Raya, Minggu (6/1/19). [Antara Kalteng/Adi Wibowo]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Beberapa hari terakhir ini, sosok Titi Wati ramai diperbincangkan. Mengalami obesitas dan mempunyai bobot 350 kilogram, dia disebut sebagai wanita tergemuk di Kalimantan Tengah.

Makan gorengan sambil minum es memang terasa sangat nikmat. Sayangnya kalau berlebihan, bisa berakhir obesitas. Setidaknya itulah yang terjadi pada Titi Wati, wanita 37 tahun asal Palangkaraya, Kalimantan Tengah. Dia mengaku punya hobi mengemil. Bahkan, gorengan dan minuman es adalah menu wajib setiap hari.

Kebiasaan itu membuat berat badannya terus naik. Dia pun mengalami obesitas sejak tujuh tahun lalu. Jangankan beraktivitas di luar rumah, berjalan saja jadi tidak bisa.

Titi Wati sekarang sama sekali tidak bisa berdiri karena kakinya sudah tak mampu menahan berat badannya. Dia lebih banyak berbaring dengan posisi tengkurap.

Baca Juga: Berhijab Syar'i saat Umrah, Begini Gaya Anggun Maia Estianty

''Setiap kali bangun tidur bagian kaki saya selalu sakit seperti keram, kemudian badan terasa sakit semua,'' ucap Titi Wati seperti dilansir dari Antara, Selasa (8/1/2019) lalu.

''Saya berharap pemerintah bisa memberikan bantuan kepada saya untuk pengobatan menurunkan berat badan yang sudah mencapai sekitar 350 kilogram lebih,'' kata Titi Wati lagi.

Membuat banyak orang penasaran, berikut adalah beberapa fakta tentang Titi Wati, wanita tergemuk di Kalimantan Tengah.

1. Pernah mempunyai tubuh ideal

Titi Wati pernah menunjukkan potret dirinya ketika masih memiliki tubuh ideal. Namun, beberapa tahun terakhir, berat badannya terus bertambah. Kini, berat badannya malah sudah lebih dari 350 kg.

Baca Juga: Kata Pakar Soal Tidur Pakai Kipas Angin

2. Obesitas karena pola makan sembarangan

Titi Wati sebenarnya hanya mengonsumsi nasi sebanyak dua kali sehari. Masalah utama terdapat kebiasaan mengemil yang tidak terkendali. Setiap hari, dia tidak pernah melewatkan untuk makan gorengan dan minum es.

3. Berusaha menurunkan berat badan dengan berbagai cara

Titi Wati bukannya tidak pernah melakukan apapun terhadap kondisinya yang mengalami obesitas. Ada banyak cara yang dilakukan, termasuk mengonsumsi minuman herbal penurun berat badan.

Minuman herbal itu diakui sempat memberikan hasil lumayan. Sayangnya karena harga produk itu semakin mahal, Titi Wati yang kini dianggap wanita tergemuk di Kalimantan Tengah ini pun tak sanggup lagi membeli.

''Setelah tidak mampu membeli minuman herbal penurun berat badan itu, saya pun menjalani aktivitas saya seperti orang normal. Makan dan minum pun juga tidak lagi terkontrol sehingga berat badan saya yang saat itu sempat 167 kilogram kini menjadi 350 kilogram lebih,'' ujar dia.

Perempuan obesitas. [Shutterstock]
Perempuan obesitas. [Shutterstock]

4. Dukungan suami

Obesitas membuat Titi Wati tak bisa melayani suaminya, Edi. Meski brgitu, ternyata sang suami tetap menerima dia apa adanya.

''Kata suami saya, ambil hikmahnya saja dan syukuri keadaan yang sudah diberikan Tuhan. Mau bagaimana lagi kami berbuat kalau ini sudah nasib dari keluarga kami,'' tutur Wati sambil mengingat ucapan suaminya yang bekerja sebagai pencari kayu hutan.

5. Dievakuasi ke rumah sakit dengan pikap

Kamis (10/1/2019) kemarin, Wakil Direktur RSUD Doris Sylvanus Palangkaraya, Theodorus Sapta Atmadja, mengatakan tim medis telah mematangkan rencana evakuasi Titi Wati. Wanita tergemuk di Kalimantan Tengah itu bakal menjalani serangkaian perawatan medis untuk menurunkan berat badan dengan dukungan dari Dinas Sosial Palangkaraya.

Theodorus mengungkapkan, tubuh pasien yang terlalu besar tidak memungkinkan evakuasi dilakukan melalui pintu rumah. Tim perlu menjebol dinding rumah sebagai jalan keluar. Titi Wati juga tidak dibawa ke rumah sakit dengan menaiki ambulans, melainkan mobil pikap.

6. Penanganan kasus obesitas melibatkan tim dokter gabungan

Titi Wati bakal ditangani 10 orang tim dokter dari Palangkaraya dan 6 orang tim dokter dari Bali. Dokter yang dilibatkan mempunyai spesialisasi dokter bedah, anestesi, penyakit jantung, paru dan lainnya.

Theodorus menerangkan, banyak hal yang harus dilakukan sebelum melakukan tindakan operasi, antara lain pemeriksaan darah dan urine secara rutin, rontgen, hingga USG.

Operasinya sendiri bakal menggunakan sistem laparoskopi. ''Peralatan yang kami miliki cukup memadai. Menurut teori, tingkat kegagalan dari operasi yang akan dilakukan kepada pasien sangat lah kecil,'' ungkap dia.

7. Ditargetkan turun 20 kg setiap bulan

Upaya mengatasi masalah obesitas tidak bisa dilakukan dalam sekejap mata. Semuanya tetap butuh proses dan bertahap. Masih berdasarkan keterangan Theodorus, Titi Wati nantinya tidak boleh mengalami penurunan berat badan lebih dari 25 kg setiap bulan paska tindakan operasi. Targetnya dibatasi sekitar 20 kg per bulan.

DewiKu.com/Rima Sekarani Imamun Nissa

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI