Cerita Perjuangan Perempuan Tanpa Miss V, Sadar Saat Usia 18 Tahun

Jum'at, 11 Januari 2019 | 20:00 WIB
Cerita Perjuangan Perempuan Tanpa Miss V, Sadar Saat Usia 18 Tahun
Ilustrasi perempuan menyadari tidak miliki Miss v setelah memeriksakannya ke dokter. (Shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Tidak banyak yang bisa dilakukan perempuan bernama Kaylee Moats saat pertama kali mengetahui dirinya tidak memiliki miss V setelah memeriksakannya ke dokter pada usia 18 tahun.

Ia harus berjuang keras demi mendapatkan kebahagiaan yang lengkap dalam hidupnya. Namun, perjuangan melawan kelainan langka tersebut tidaklah murah. Dia bahkan tidak bisa mengandalkan asuransi kesehatan.

Perempuan berusia 23 tahun ini mengaku baru sadar jika dirinya tidak memiliki vagina saat berusia 18 tahun karena melakukan pemeriksaan tidak kunjung menstruasi.

Dalam sebuah wawancara dengan Barcroft TV pada 2017 lalu, ia mengatakan tidak pernah menstruasi. Dia lalu memeriksakan diri ke dokter. Bentuk alat kelamin di bagian luar memang terlihat normal. Namun, hasil USG menunjukkan bahwa Moats tak memiliki rahim, leher rahim, dan vagina.

Baca Juga: Nasi Campur Bali Nan Legendaris Hadir di Jakarta, Ini Lokasinya

''Ini membuatku merasa bukan wanita seutuhnya,'' ungkap Moats kepada Barcroft TV.

''Aku masih berusaha menerima diriku apa adanya, menerima apa yang aku miliki, dan tidak terlalu memikirkannya,'' kata dia melanjutkan.

Moats didiagnosis sindrom Mayer-Rokitansky-Küster-Hauser (MRKH). Mengutip pernyataan National Institutes of Health (NIH), kelainan ini terbilang langka karena hanya dimiliki satu dari 4.500 bayi perempuan yang baru lahir.

Kelainan ini terjadi saat organ reproduksi perempuan (termasuk rahim, leher rahim, dan vagina) tidak berkembang dengan baik selama perkembangan embrio. Akibatnya, rahim dan vagina mungkin kurang berkembang atau malah tidak ada sama sekali.

Orang-orang dengan kondisi seperti ini secara genetik adalah perempuan, memiliki dua kromosom X dan punya ovarium yang berfungsi normal juga. Alat kelamin mereka pada bagian luar juga normal.

Baca Juga: Pria pun Perlu Tampil Ganteng Maksimal dengan Kulit Sehat

Kelainan langka ini umumnya ditemukan hanya saat wanita bersangkutan tidak kunjung mengalami menstruasi, seperti yang terjadi pada Moats. Dia tumbuh menjadi wanita tanpa vagina.

Menurut Organisasi Nasional untuk Penyakit Langka (NORD), dalam beberapa kasus, kondisi ini dapat diobati tanpa operasi, yakni menggunakan 'dilator' vagina untuk membuat vagina atau memperbesar vagina yang ada.

Dilator vagina sendiri merupakan tabung plastik yang dirancang khusus agar dapat dipakai untuk meregangkan dan memperluas sedikit jaringan vagina (kadang-kadang disebut sebagai 'lesung' vagina).

Kelainan langka yang dialami Moats juga bisa ditangani dengan prosedur operasi pembuatan vagina yang disebut vaginoplasty. Nah, metode inilah yang kemudian dipilih Moats.

Dikutip dari LiveScience, sebelum menjalani operasi rekonstruksi vagina pada 2017 lalu, Moats harus mengumpulkan uang untuk biaya operasi sebesar Rp 211 miliar dan tidak ditanggung asuransi.

''Mereka menganggapnya sebagai operasi kosmetik atau penggantian kelamin,'' tutur Moats.

Dia mengaku sangat kesusahan karena biaya operasi sebesar itu tidak ditanggung asuransi. Namun, dia tidak mau menyerah dan terus berjuang. Dia tidak mau selamanya menjadi perempuan tanpa vagina.

''Melakukan operasi akan membantu saya merasa normal dan memiliki semua bagian tubuh yang tepat seperti gadis lain,'' kata dia.

Moats juga mengaku bersyukur memiliki Robbie Limmer, pacar yang selalu mendukung dirinya sejak awal walaupun tahu dirinya tanpa Miss V, Moats pun berharap suatu hari nanti bisa memiliki anak suatu hari nanti dilansir dari DewiKu setelah dioperasi oleh dokter. (Eleonora Padmasta Ekaristi Wijana)

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI