Suara.com - Banyak orang percaya bahwa dirinya memiliki alergi, padahal tidak. Hal tersebut terungkap lewat sebuah penelitian yang dipublikasikan dalam jurnal JAMA Network Open. Di Amerika Serikat, sekitar 11 persen orang dewasa di sana memiliki alergi. Tapi angka melonjak karena 19 persen orang dewasa AS juga percaya bahwa mereka memiliki alergi makanan meski tidak memiliki diagnosis langsung dari dokter.
Perbedaan ini dipercaya diakibatkan karena beberapa orang dewasa menganggap bahwa tanda-tanda alergi dan intoleransi makanan hampir sama.
Jika seseorang benar-benar memiliki alergi terhadap satu makanan, mengonsumsinya dapat memicu respons kekebalan tubuh yang berpotensi mengancam jiwa.
Misal, orang yang alergi susu mungkin mengalami gejala sesak nafas, gatal-gatal, sampai anafilaksis.
Baca Juga: Nikita Mirzani Akui Tarifnya Jauh Lebih Murah dari Vanessa Angel
Sementara orang yang mengalami intoleransi laktosa, mungkin hanya mengalami kembung dan sakit perut setelah mengonsumsi produk susu.
Pada survei tersebut, peneliti menganalisis jawaban hampir 40.500 orang dewasa Amerika Serikat, mereka ditanya apakah memiliki alergi, gejala, atau pernah rawat inap.
Para peneliti kemudian mendapat data yang sangat besar mengenai alergi, namun mereka tidak dapat mengonfirmasi secara independen apakah setiap responden survei benar-benar memiliki alergi makanan.
Tetapi alergi akan dianggap “meyakinkan” jika responden melaporkan adanya diagnosis dokter atau gejala signifikan seperti pembengkakan, kesulitan bernapas, nyeri dada, muntah, atau pingsan setelah makan makanan tertentu.
Laporan alergi yang hanya didukung oleh gejala ringan seperti gatal, sakit perut dan ruam, tidak memenuhi kriteria, kata peneliti.
Baca Juga: Presiden Jokowi Dapat Laporan dari Buwas Harga Beras Mulai Turun
Pada penelitian tersebut, mereka menemukan bahwa hampir 11 persen orang memiliki setidaknya satu alergi makanan yang meyakinkan.