Suara.com - Mencari rumah makan Padang di berbagai kota di Indonesia relatif mudah. Hampir semua kota terdapat rumah makan Padang.
Hal ini juga yang menyebabkan jutaan orang Indonesia kecil kemungkinan tidak pernah mencicipi nasi Padang, salah satu makanan terlezat di dunia ini. Baik itu nasi Padang 'abal-abal' maupun nasi Padang dengan cita rasa original.
BACA JUGA: Film Bird Box Booming, Rumah Lokasi Syuting jadi Sasaran Turis
Kenyataan di lapangan tak bisa disangkal, rumah makan Padang KW lebih banyak bertebaran, sebab memasak nasi Padang asli bukan perkara sepele.
Kendati demikian, ada satu benang merah yang acap kita temukan hampir di semua warung nasi Padang, baik KW maupun asli, yakni porsi nasi Padang yang banyak ketika dibungkus.
Usut punya usut, penyebab porsi nasi Padang begitu banyak ketika dibungkus berkaitan erat dengan sejarah khusus yang melatari hal tersebut.
Dikutip dari berbagai sumber, rumah makan Padang sudah ada sejak zaman penjajahan Belanda, saat itu disebut sebagai ampera, singkatan dari amanat penderitaan rakyat.
BACA JUGA: Filosofi di Balik Rendang, Salah Satu Masakan Terenak di Dunia
Karena terkenal dengan cita rasanya nan lezat, konon kala itu rumah makan ampera selalu dipenuhi kaum Belanda yang makan langsung di tempat.
Meski harga nasi Padang saat itu relatif murah, keberadaan kaum Belanda membuat banyak masyarakat pribumi enggan makan dan berbaur di warung makan ampera.