Kunjungi Lawang Sewu, Iriana Jokowi Kesengsem Kaca Patri Kuno

M. Reza Sulaiman Suara.Com
Jum'at, 04 Januari 2019 | 19:15 WIB
Kunjungi Lawang Sewu, Iriana Jokowi Kesengsem Kaca Patri Kuno
Iriana Jokowi bersama rombongan mengunjungi Lawangsewu di Semarang, Jumat (4/1/2019). (Suara.com/Adam Iyasa)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Kemegahan bangunan Lawang Sewu menjadi perhatian Ibu Negara Iriana Joko Widodo. Bersama anggota Organisasi Aksi Solidaritas Era Kabinet Kerja (OASE-KK), Iriana yang berada di Semarang menyempatkan diri berkunjung ke Lawang Sewu, Jumat (4/1/2019).

Selain kagum dengan banyaknya lawang alias pintu yang ada di bangunan tersebut, Iriana mengaku terpukau salah satu sudut Lawang Sewu yakni sebuah kaca patri kuno asli peninggalan Belanda.

Kaca patri kuno itu ada di lantai 2 sebagai aksesoris anak tangga, berukuran berukuran tinggi lebih dari dua meter. Kaca patri kuno itu menggambarkan cerita saat politik Devide at Impera dipraktikkan oleh Belanda untuk memecah bangsa Indonesia.

"Ini bagus sekali, kaca yang terbagi menjadi empat panel besar ini mencerminkan cerita eksploitasi besar-besaran hasil alam Nusantara," kata Iriana kepada wartawan.

Baca Juga: Dengar Tausiah Lelaki Berserban Sehabis Senam, Nenek Sudah Kena Gendam

Digambarkan pada bagian panel kaca, flora dan fauna asli Indonesia diangkut kereta dan dikumpulkan di kota-kota pelabuhan Pulau Jawa, sebelum diperdagangkan di dunia. Hasil penjualan flora dan fauna Indonesia digunakan untuk memperkaya Belanda.

Gedung Lawang Sewu. [suara.com/ Dinda Rachamawati]
Gedung Lawang Sewu. [suara.com/ Dinda Rachamawati]

Detailnya, di panel tengah-bawah berjajar Dewi Fortuna, si dewi keberuntungan yang berbaju merah, roda bersayap lambang kereta api, dan Dewi Sri, dewi kemakmuran suku Jawa.

Panel di atasnya adalah tumbuhan dan hewan yang menggambarkan Nusantara sebagai negeri kaya akan hasil bumi berikut simbol kota-kota dagang Batavia, Surabaya, dan Semarang.

Simbol kota-kota dagang Belanda, yakni Amsterdam, Rotterdam, dan Den Haag, berderet di panel kiri. Panel kanan menampilkan ratu-ratu Belanda.

Gedung Lawang Sewu. [suara.com/ Dinda Rachamawati]
Gedung Lawang Sewu. [suara.com/ Dinda Rachamawati]

Tak berhenti di situ daya tarik Lawang Sewu. Iriana juga melihat dari sisi arsitektur, gedung itu dibangun tanpa menggunakan semen, melainkan adonan bligor, atau ada juga yang menyebutnya pese, yakni istilah lokal untuk menyebut campuran pasir, kapur, dan batu bata merah. Kelebihan bligor dibanding semen adalah bangunan jadi tak mudah retak.

Baca Juga: 212 Award Diklaim Akan Dihadiri Amien Rais dan Fadli Zon

"Arsitekturnya keren yak, tak heran jika tak ditemukan retakan di Lawang Sewu. Tembok lebih awet dan menyerap air, sehingga ruang dalamnya sejuk," tutur Iriana.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI