Suara.com - Kementerian Pariwisata (Kemenpar) terus melakukan penetrasi ke pasar wisatawan Cina. Salah satunya dengan menggelar Sales Mission Hot Deal. Kegiatan ini akan dilaksanakan di dua kota sekaligus, Changsa dan Wuhan.
Menurut Asisten Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran II Regional I (Great China) Kementerian Pariwisata, Vinsensius Jemadu program ini bekerja sama dengan Tripean dari Cina.
"Paket hot deal adalah paket wisata yang dikemas dengan harga terjangkau namun tetap memperhatikan kualitas layanan dan atraksi wisatanya. Kita menargetkan dapat menjual sekitar 9.000 paket pada program kali ini," jelas Vinsensius, Senin (14/12/2018).
Lelaki yang akrab di sapa VJ tersebut menambahkan, program ini merupakan langkah strategis. Terlebih lagi ada perubahan karakteristik wisman Cina. Di mana sebelumnya bersifat mass tourism, global, conventional, passive tourist, leisure, serta group traveller, kini beralih ke special interest, local, digital, active/participation, experience, dan independent traveller.
Baca Juga: Dorong Wisman ke Batam, Kemenpar-GIPI Bikin Indonesia Incorporated
Cina juga merupakan pasar potensial pariwisata Indonesia. Terbukti, tingkat kunjungan wisman Cina ke Indonesia selama tiga tahun terakhir terus meningkat. Pada tahun 2015, Cina menyumbang wisatawan sebanyak 1.141.350 orang. Angka tersebut naik menjadi 1.452.971 orang di tahun 2016.
Begitu juga dengan tahun 2018. Wisatawan Cina mendominasi dengan menyumbang 1976.728 orang. Bukan itu saja, tingkat pertumbuhan ekonomi masyarakat Tiongkok juga cukup tinggi, mencapai 7 % - 9 %.
"Namun hingga saat ini jumlah masyarakat Cina yang melakukan perjalanan wisata ke Indonesia masih relatif sedikit. Ini yang harus terus kita tingkatkan dengan hard selling seperti ini," tambah VJ.
Menteri Pariwisata, Arief Yahya mengungkapkan, jika pasar wisatawan Cina sangat potensial untuk dikembangkan. Pasalnya outbound wisatawan Cina selalu terkoreksi positif setiap tahunnya. Tercatat, jumlah outbound mereka mencapai 130 juta orang pada 2017.
Selain itu jumlah spending mereka juga tidak sedikit. Mereka menghabiskan bujet besar hingga RMB 115,29 Miliar atau Rp 242,109 Triliun. Data ini mengacu pada International Luxury Travel Market Asia (ILTMA).
Baca Juga: Kemenpar Bikin Lomba Cerita Liburan Akhir hingga Awal Tahun, Yuk Ikut!
"Wisatawan Tiongkok sangat royal berbelanja di pasar global. Kemampuan rata-rata spending mereka mencapai USD 1.139 per trip atau setara Rp 15,9 juta. Ini tentu menjadi acuan yang bagus untuk meraup pundi-pundi devisa kita," kata Arief.
Untuk itu, Kemenpar harus terus memaksimalkan setiap kesempatan untuk menggarap pasar Cina. Apalagi banyak negara yang bersaing masuk ke sana.
"Dengan berbagai sales mission yang gencar, kita bisa makin masuk lebih dalam ke pasar Cina dan mengetahui keinginan pasar. Dan pastinya semua informasi terakhir terkait destinasi akan disampaikan secara gamblang” pungkasnya.