Suara.com - Meski kota kecil, Banyuwangi punya event paling banyak yang masuk dalam 100 Calendar of Event (CoE) Wonderful Indonesia. Terhitung ada tiga event Banyuwangi yang masuk CoE secara berturut-turut, yaitu Banyuwangi Ethno Carnival, International Tour de Banyuwangi Ijen (ITdBI), dan Gandrung Sewu.
"Event yang masuk CoE WI itu kriterianya dilihat dari cultural value, comercial value, dan konsistensi. Jadi sudah dilakukan berapa tahun, dengan report yang bagus. Baik itu direct dan indirect impact," ujar Tenaga Ahli Menteri Pariwisata Bidang Kebudayaan, Taufik Rahzen, Senin (24/12/2018).
Taufik yang juga menjadi Tim Kurator CoE WI ini menjelaskan, Banyuwangi termasuk daerah yang paling konsisten menggelar event. Terlebih, semuanya dikemas dengan apik yang berpotensi mendatangkan wisatawan.
"Untuk masuk top 100 Calendar Event Nasional, sebuah event harus bersaing dengan lebih dari 200 event lain se-Indonesia. Dan Banyuwangi ini sangat kreatif. Dalam setahun bisa membuat 77 event yang menarik," ujarnya.
Baca Juga: Dorong Wisman ke Batam, Kemenpar-GIPI Bikin Indonesia Incorporated
Taufik menambahkan, untuk bisa bertahan dalam CoE WI, event harus berkelanjutan. Harus bisa menerapkan pengelolaan pre-event, on event, dan post event. Itu karena berkaitan dengan dukungan para sponsor agar memberikan nilai untung dan memberikan keuntungan.
"Sehingga penyelenggaraan event benar-benar berkualitas. Tidak asal-asalan dan tidak memberikan efek apapun pada ekonomi masyarakat," pungkasnya.
Seperti apa 3 event Banyuwangi yang masuk CoE WI 2019? Banyuwangi Ethno Carnival merupakan salah satu acara terbesar di Banyuwngi. Event ini bahkan sudah disejajarkan dengan acara ternama kelas Internasional di Indonesia.
Acara yang sering disebut BEC ini adalah sebuah event karnaval busana yang setiap tahun digelar dalam rangkaian Banyuwangi Festival. Setiap tahunnya memiliki tema yang berbeda-beda. Rute yang dilalui adalah dari Taman Blambangan hingga Kantor Bupati Banyuwangi melewati jalan-jalan protokol Kota Banyuwangi sepanjang 2,2 kilometer.
Sementara International Tour de Banyuwangi Ijen (ITdBI) adalah tur balap sepeda yang digelar sejak 2012. ITdBI diikuti para pembalap dari puluhan negara asing. Seperti Perancis, Belanda, Kolombia, Kanada, Jepang, Singapura, Thailand, Iran, Spanyol, Filipina, Malaysia, Filipina, Australia, Korea, Tiongkok, Thailand, Selandia Baru, Rusia, Taiwan, Uni Emirat Arab, dan Uzbekistan.
Baca Juga: Kemenpar Bikin Lomba Cerita Liburan Akhir hingga Awal Tahun, Yuk Ikut!
Rute yang ditempuh ITdBI mengelilingi wilayah Banyuwangi dan mendaki Gunung Ijen, yang terkenal di dunia dengan fenomena api birunya.
Sedangkan Gandrung Sewu merupakan acara tarian tradisional yang menampilkan 1000 penari secara massal. Acaranya digelar di pinggir pantai. Ribuan penari tersebut menarikan tari gandrung dengan kompak. Event ini selalu sukses ditonton ratusan ribu orang wisatawan.
Selain menarikan tarian Gandrung, mereka juga menarikan tarian tradisional Banyuwangi lainnya. Seperti gending Kembang Pepe, Seblang Lukento, Sekar Jenang, Sondreng-sondreng dan Kembang Dirmo.
Menteri Pariwisata, Arief Yahya mengatakan, standar yang deterapkan dalam CoE WI ini akan memunculkan cultural value dan commercial value dari setiap event. Khusus commercial value, harus di-monetised (dihitung nilai ekonominya), sehingga bisa diketahui dampak ekonominya kepada kesejahteraan masyarakat.
”Tugas utama Kemenpar selanjutnya adalah mempromosikan event tersebut. Serta bagaimana strategi dan memasarkan event agar memberikan nilai (value) dari segi budaya (culture) maupun ekonomi (commercial value),” kata Menpar.