Pasca Tsunami, Mungkinkah Korban Alami Fobia Air Laut?

Senin, 24 Desember 2018 | 15:35 WIB
Pasca Tsunami, Mungkinkah Korban Alami Fobia Air Laut?
Komar (73) saat mengais barang-barang di reruntuhan bangunan vila. (Suara.com/ Muhammad Yasir)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Duka kembali menyelimuti Indonesia pada Sabtu (22/12/2018) malam pasca lima Kabupaten yang berada di Selat Sunda seperti Pandeglang, Serang, Lampung Selatan, Tanggamus dan Pesawaran disapu tsunami akibat erupsi Gunung Anak Krakatau.

Data sementara yang berhasil dihimpun Posko BNPB hingga 24/12/2018 pukul 07.00 WIB, tercatat 281 orang meninggal dunia, 1.016 orang luka-luka, 57 orang hilang dan 11.687 orang mengungsi. Dari kejadian ini mungkinkan para korban mengalami fobia air laut atau thalassophobia?

Dilansir dari laman Betterhelp, thalassophobia sendiri berasal dari bahasa Yunani yang berarti "takut laut." Mereka yang menderita thalassophobia memiliki ketakutan yang sangat tidak rasional terkait laut, baik itu bermain air laut, ketakutan akan makhluk yang hidup di dalamnya, atau bepergian di atas air laut.

Satu aspek yang sangat menakutkan bagi mereka yang menderita thalassophobia adalah karena laut yang sangat luas ada banyak hal yang tidak kita ketahui tentangnya. Mereka yang menderita thalassophobia mungkin juga takut berada jauh dari daratan ketika berada di dalam air.

Baca Juga: Pemobil Tersesat ke Hutan Belantara Karena Ikuti Arahan Aplikasi Maps

Hal-hal yang mencetus thalassophobia?

Yang menarik adalah bahwa banyak orang mungkin menderita thalassophobia tapi tidak pernah menyadarinya. Banyak dari kita mengalami gugup ketika hanya melihat gambar laut atau membayangkan apa yang ada di bawah laut.

Ada banyak alasan mengapa seseorang menderita thalassophobia. Alasan pertama, mungkin karena genetik. Ibu dan ayah Anda mungkin memiliki ketakutan akan thalassophobia yang kemudian diturunkan pada anak-anaknya.

Beberapa orang juga mungkin menderita thalassophobia karena memiliki traumatik mendalam mengenai air laut. Beberapa diantaranya mungkin pernah tersedot ke dalam air laut saat ombak tinggi yang mengakibatkan mereka tidak ingin lagi mencelupkan jari kaki mereka ke air di pantai. Kejadian tsunami di Selat Sunda kemarin mungkin cukup berisiko membuat korban mengalami traumatik mendalam yang mengarah pada thalassophobia.

Cara mengatasinya?

Baca Juga: Ilmuwan Waspadai Tsunami Susulan di Selat Sunda Masih Tinggi

Jika Anda merasa menderita thalassophobia, penting untuk memeriksakan kondisi Anda. Thalassophobia berpotensi menyebabkan kondisi yang lebih serius, seperti kecemasan, stres, dan depresi klinis.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI