Suara.com - Masyarakat penikmat fesyen saat ini cenderung reaktif. Mereka akan cepat bersuara kalau suatu brand berbuat salah atau melakukan tindakan ofensif terhadap satu golongan.
Sepanjang 2018, beberapa brand tersandung kasus kontroversi mulai dari sweater bernuansa rasis sampai brand pakaian dalam yang tak ramah penggunan berbadan besar.
Dilansir di Thisisinsider.com, berikut lima kasus kontroversial di dunia fesyen sepanjang 2018.
1. Tuduhan Rasis H&M
Memulai 2018, perusahan retail fast fashion H&M dituduh melakukan tindakan rasisme setelah mengeluarkan produk sweatshirt dengan tulisan "coolest monkey in the jungle" dan menampilkan anak lelaki kulit hitam sebagai model.
Baca Juga: Sigra Jadi Mobil Terlaris Daihatsu di 2018
Meski produk telah dihapus dan H&M telah mengeluarkan pernyataan maaf secara resmi, namun tidak menyurutkan rasa kesal di masyarakat.
Selebriti seperti The Weeknd juga angkat bicara. Sebagai seseorang yang beberapa kali berkolaborasi dengan produk H&M, mengaku "terkejut dan malu" oleh iklan tersebut dan mengaku sudah tak mau bekerja sama dengan H&M.
2. Ulta Beauty Jual Produk Bekas
Masih di Januari, seorang pengguna Twitter dengan nama akun @fatinamxo, mengaku sebagai mantan pekerja di Ulta Beauty dan menuduh bekas perusahaannya tersebut biasa menjual produk bekas ke pasaran.
Meski sudah dihapus, unggahan tersebut tetap menjadi viral. Bahkan beberapa mantan pekerja lainnya ikut membagikan pengalaman serupa.
Ada juga seorang pembeli yang mengaku mendapati adanya jejak sidik jari pada palet highlighter yang dibelinya. Namun Ulta Beauty menyangkal semua tuduhan tersebut.
Baca Juga: Tak Bisa Berbahasa Inggris, Peserta Miss Universe 2018 Dibully
3. Tuduhan Body Shaming Revolve dan LPA
Memasuki September, Revolve dan LPA mendapat kecaman masyarakat dunia setelah mengeluarkan sweatshirts dengan tulisan bernada "Being Fat Is Not Beautiful, It's An Excuse."