Meski rela bolak-balik Jakarta - Sumatera Utara, Budi Santoso mengaku masih bisa memantau Rumah Caper, karena diisi oleh banyak relawan yang memang peduli dengan gerakan yang ia buat, terlebih dengan kemenangan Rumah Caper sebagai salah satu inovator terbaik di ajang SDG PIPE.
Kegiatan Rumah Caper diakui Budi Santoso diisi oleh para relawan yang mengajar anak-anak hingga remaja. Mereka ada yang mengajar pelajaran sekolah hingga edukasi soal kesetaraan gender dan pemberdayaan anak.
"Saya buat kurikulum sederhana saja. Saya dapat kurikulum ini juga dari saya ikut event di Jakarta saat itu di kementerian, saya aplikasikan di Rumah Caper," ceritanya.
Lebih lanjut Budi Santoso mengatakan bahwa sebelum mendapat hadiah berupa uang dari program SDG PIPE, untuk pendanaan Rumah Caper, didapat dari hasil menjual barang-barang di pasar kaget. Nah, barang-barang yang dijualnya itu mulai dari baju bekas, aksesoris, dan lain-lain.
Baca Juga: Ingin Dapat Pasangan di Tinder, Ini Waktu Terbaik Memainkannya
"Setelah menang, alhamdulillah jadi punya dana. Saya bisa buat modal mengajar anak-anak yang putus sekolah untuk saya arahkan berdagang saja," lanjutnya.
Lewat Rumah Caper Budi Santoso berharap, anak-anak didiknya memiliki kesadaran tinggi untuk meraih mimpi dulu sebelum memutuskan menikah di usia 17 tahun.
"Itu harapan dan target saya, terutama diawali di kampung saya. Untuk 18 tahun ke bawah anak perempuan harus bisa meraih mimpinya dulu, bekerja, dan banyak lagi yang bisa dilakukan," ungkapnya penuh harap..
Nah untuk yang ingin bergabung terutama para relawan di Kabupaten Asahan, bisa kontak di Instagram @rumah_caper.
Baca Juga: Alasan Kenapa Tak Boleh Makan Sambil Berdiri