"Edukasi tersebut selalu saya lakukan meski tidak mudah, karena di kampung saya, orang yang didengar itu orang kaya dan pemuka agama. Sementara saya umur belasan, ngomong masalah pernikahan dini, bisa dibayangin kan bagaimana para orangtua menganggap apa yang saya lakukan ini ya kayak angin lalu saja," bebernya.
Budi Santoso mengawali perjuangannya dengan mendatangi beberapa SD di sekitar desa. Ia mengaku resep untuk yakin menjalankan gerakan edukasi ini hanyalah soal komunikasi.
Berbekal prestasi sebuah acara di Jakarta yakni "Sehari Jadi Menteri", dan pernah Juara 1 News Anchor, Mahasiswa semester 3 UIN Syarif Hidayatullah ini akhirnya meyakinkan dirinya kalau ia bisa melakukan edukasi untuk menekan angka pernikahan dini di kampungnya.
"Untung ya Mas saya ini merasa bisa berkomunikasi dengan baik, pintar ngomong gitu. Itu tuh benar-benar pengaruh banget bagaimana apa yang saya ucapkan itu pertama paling tidak disimak saja dulu, ketika saya bicara ke kepala sekolah izin edukasi, itu juga menantang Mas. Saya ditanya, Anda siapa, dari mana, maksudnya apa, lalu tiba-tiba diizinkan bicara depan kelas, saya seperti oke ini awal yang menentukan," terangnya panjang lebar.
Baca Juga: Ingin Dapat Pasangan di Tinder, Ini Waktu Terbaik Memainkannya
Setelah berkeliling edukasi, dan mendirikan Forum Anak yang kini menjadi Rumah Caper, banyak remaja dan orangtua mulai melek soal pemberdayaan anak perempuan untuk kesetaraan gender.
Satu Anak Berhasil, Orangtua Memberi Dukungan
"Waktu itu hanya beberapa anak yang bisa direkrut, untuk mau join dan belajar bersama, itu saya edukasi orangtuanya. Alhamdulillah, seiring berjalannya waktu beberapa anak perempuan mulai berprestasi tidak hanya di sekolah, tapi juga menjadi salah satu pengurus di Forum Anak Nasional ," ucap Budi Sanoso bangga.
Keberhasilan tersebut, lanjut dia, tentu saja mendobrak stereotipe selama ini yang menyebut bahwa anak perempuan tak bisa menjadi ketua Forum Anak Daerah Sumatera Utara. "Itu dulunya ketua Forum Anak Daerah Sumut semua laki-laki, dan anak didik di Rumah Caper menjadi perempuan pertama yang jadi ketua. Ini prestasi hebat dan orangtuanya tentu saja bangga. Dari sini, mulai banyak orangtua yang percaya dengan apa yang saya lakukan dengan gerakan ini," jelasnya bersemangat.
Melihat hasil mengagumkan dari perjuangannya itu membuat orangtua Budi Santoso yang tadinya tak mendukung, kini melunak bahkan mendukung penuh kegiatan anaknya. Ini dibuktikan dari toko milik orangtua di samping rumahnya, kini dihibahkan kepada Budi Santoso sebagai tempat untuk belajar dan sebagai markas Forum Anak dan Rumah Caper yang didirikannya.
Baca Juga: Alasan Kenapa Tak Boleh Makan Sambil Berdiri
Pada 2018, sambung Budi Santoso, keanggotaan Forum Anak dan Rumah Caper yang didirikannya sudah memiliki relawan guru dan pengurus sebanyak 30 orang dengan anak didik yang bergabung mencapai 500 orang.