Suara.com - Kopi Samosir dari Sumatera Utara terkenal karena rasanya yang khas. Untuk menjaga kualitas sekaligus mensejahterakan petani kopi, kopi Samosir mendapatkan sertifikat perlindungan indikasi geografis.
Kopi Samosir resmi mengantongi sertifikat perlindungan Indikasi Geografis (IG) dari Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual (DJKI) Kementerian Hukum dan HAM yang difasilitasi oleh Deputi Fasilitas Hak Kekayaan Intelektual (HKI) dan Regulasi Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf).
"Pada 2017-2018, bekerjasama dengan DJKI Kementerian Hukum dan HAM dan tim ahli IG ada enam produk yang memiliki potensi IG telah difasilitasi untuk memperoleh sertifikat perlindungan IG," ujar Wakil Kepala Badan Ekonomi Kreatif Ricky Joseph Pesik, dilansir Antara.
Salah satu dari enam produk yang memiliki potensi IG tersebut adalah Kopi Samosir yang sertifikat perlindungannya resmi diberikan dalam pembukaan Festival Indikasi Geografis.
Baca Juga: Sedang Stres, Studi Sebut Redakan dengan Mencuci Piring
Bupati Samosir Rapidin Simbolon mengatakan bahwa sertifikat perlindungan Indikasi Geografis ini akan dapat meningkatkan penghasilan para petani secara khusus.
"Karena kita diakui kualitasnya, sehingga penjualan atau penyebarna kopi ini akan mempunyai dampak dan diketahui oleh masyarakat secara kualitas," kata Rapidin Simbolon ditemui dalam acara tersebut.
Lebih lanjut, dia mengatakan bahwa keuntungan utama yang akan dirasakan oleh petani kopi adalah harga yang lebih tinggi.
Dengan produksi hampir 5.000 ton biji kopi per tahun dengan total 4.913,24 hektar lahan yang tersebar di pulau Samosir, saat ini, Kopi Samsosir telah diekspor ke Thailand dan ke sejumlah negara di Eropa, termasuk Prancis.
Kualitas Kopi Samosir telah mendapat pengakuan 'excellent' dengan skor di atas 85 dari Pusat Penelitian Kopi dan Kakao di Jember. Hal ini, menurut Rapidin Simbolon dikarenakan Kopi Samosir ditanam di atas ketinggian 1450 dpl dengan lahan bekas letusan gunung berapi.
Baca Juga: Jadi Korban Penganiayaan Tentara PNG, 3 Warga Papua Dijemur 2 Jam
"Kami sekarang sedang mengupayakan nilai tambah, artinya kami buat kelompok-kelompok tani ini untuk mengelola sendiri menjadi sebuah roastingan kopi yang bagus, dan ini dijual kepada para wisatawan," tutupnya. (ANTARA)