Soal destinasi, Arief menggunakan konsep 3A, membangun atraksi, akses dan amenitas. Pola dan rumus-rumus yang dilakukan Arief itu terus disosialisasikan di daerah-daerah. Semakin banyak daerah yang minta agar kawasannya dibangun akses dan amenitas. Semua berlomba membangun kawasan ekonomi khusus (KEK) Pariwisata.
Tak hanya itu, tiap tahun performa pariwisata Indonesia terus menanjak. Grafiknya sangat kontras bila dibandingkan komoditas lain, seperti minyak, gas, batu bara, serta kelapa sawit terus merosot. Sektor ini menjelma menjadi core busines Indonesia. Pariwisata menjadi penyumbang PDB, devisa serta lapangan kerja paling besar dan mudah dan cepat.
Pada 2016, devisa pariwisata mencapai US$ 13,5 miliar per tahun. Hanya kalah dari minyak sawit mentah (CPO) sebesar US$ 15,9 miliar per tahun. Padahal pada 2015 lalu, pariwisata masih ada di peringkat keempat sebagai sektor penyumbang devisa terbesar.
Tahun 2017, sumbangan devisa dari sektor pariwisata melesat menjadi sekitar US$ 16,8 miliar. Angka ini diprediksi akan meningkat 20% menjadi sekitar US$ 20 miliar pada 2018.
Baca Juga: Kemenpar Adakan Lomba Foto dan Cerita Destinasi, Hadiah Fantastis Menanti
"Kami akan terus mencari celah untuk menaikkan jumlah wisman di 5 prioritas pasar, yakni Singapura, Malaysia, Cina, Australia dan Jepang. Sehingga Pariwisata akan tumbuh menjadi kekuatan utama perekonomian Indonesia. Modal kita sudah kuat. Pariwisata adalah DNA kita," pungkasnya.