Suara.com - Konektivitas menjadi kunci dalam pariwisata. Begitu juga bagi Sumatera Utara yang memiliki destinasi prioritas Danau Toba. Untuk itu, konektivitas udara di Bandara Kualanamu dan Silangit diperkuat. Kedua bandara ini adalah akses udara utama ke Sumatera Utara dan Danau Toba.
Penguatan konektivitas ini dilakukan melalui Forum Group Discution (FGD) Pemanfaatan dan Pengembangan Bandara Internasional Kualanamu dan Silangit di Hotel Grand Mercure Medan, Kamis (29/11/2018).
Staf Khusus Menteri Pariwisata Bidang Infrastruktur Pariwisata, Judi Rifajantoro mengatakan kegiatan ini bertujuan untuk membangun akses konektivitas, baik dari maupun menuju Sumatera Utara. Akses yang dimaksud menyangkut 3A yaitu Airlines, Airports, dan Authority.
“Selanjutnya untuk mengetahui aktivitas apa saja yang telah dilakukan Pemda dan Stake Holder dalam mendukung semua rute International dari atau ke Sumatera Utara. Lalu untuk meningkatkan kualitas, keamanan, serta kenyamanan pada Bandara Internasional Kualanamu dan Silangit,” ungkapnya.
Baca Juga: Kemenpar Umumkan 17 Destinasi Wisata Peraih ISTA 2018
Sejumlah hal penting dibahas dalam FGD kali ini. Badan Pelaksana Otorita Danau Toba (BPODT) menyoroti kondisi Ajibata Tomok sebagai tempat puncak kemacetan untuk intra moda transportasi darat. Selain itu pembahasan mengenai mahalnya biaya sewa kendaraan atau transportasi dari bandara Silangit ke Parapat menjadi masalah lain yang juga dikemukakan.
Untuk itu BPODT sudah menyiapkan kerjasama dengan Damri untuk Blue Line, Purple Line, Greenline dan Yellow Line. Sementara transportasi Kualanamu DTB akan ditenderkan oleh Dinas Perhubungan Provinsi Sumatera Utara.
“Di sisi lain, harus diakui bahwa beroperasinya Kapal Motor Sinar Bangun memiliki dampak positif pada pasar regional terdekat yaitu Medan dan Jawa. Namun, harga tiket menjadi masalah karena terhitung mahal. Karena itu, diperlukan intervensi pemerintah soal kebijakan tarif (air fair),” terang Judi.
Berbeda lagi dengan situasi yang disampaikan pihak PT Angkasa Pura II sebagai pengelola Kualanamu. Pada akses penerbangan, Kualanamu sudah bagus dan akan dijadikan sebagai smart airport.
Bahkan, traffic sekarang sudah mencapai 10 juta penumpang melebih dari kapasitasnya yang hanya 9 juta penumpang. Oleh karena itu, dilakukan perluasan terminal area komersil dan ruang tunggu.
Baca Juga: Kemenpar Kenalkan Pulau Sibandang Sebagai Surga Baru Pariwisata
Sementara Tenaga Ahli Menteri Bidang Aksesibilitas Udara, Robert D. Waloni menyimpulkan sudah saatnya key performance indicator berubah menjadi key performance collaboration.
Harapannya semua dapat berkoloborasi agar seluruh stakeholder aksesibilitas di Sumatera Utara mempunyai satu grup komunikasi sebagai wadah untuk berdiskusi lebih mendalam terkait permasalahan yang terjadi secara dinamis.
“Beberapa contoh kolaborasi yang sudah terjadi yaitu belajar dari sejarah Bali dengan bencananya, di mana mereka sudah mempersiapkan Bali hospitality team. Railink juga pernah melakukan kerjasama dengan Citilink dengan kemudahan saat menunjukan boarding pass Citilink, penumpang akan mendapatkan diskon,” bebernya.
Terpisah, Menteri Pariwisata, Arief Yahya menuturkan Sumatera Utara sudah memiliki 100 destinasi prioritas yang disiapkan dari 33 kabupaten/kota yang ada. Maka, segala kebutuhan penunjang harus dilengkapi dan diperbaiki demi mendongkrak kunjungan wisatawan, baik nusantara maupun mancanegara.
"Blue Bird harusnya tersedia di Kualanamu, karena pengunjung dari Cina familiar dengan itu. Aksesibilitas menuju King Kong Island dan atraksinya juga harus lebih gencar dipromosikan,” tandasnya.