Suara.com - Menurut data yang dikeluarkan organisasi Ellen MacArthur Foundation, limbah industri fashion setara dengan polusi yang dihasilkan oleh batu bara, baja, migas, hingga petrokimia.
Industri fashion juga menghasilkan emisi gas yang jauh lebih berbahaya bahkan dibandingkan dengan industri penerbangan.
Mencoba untuk menunjukkan rasa kepedulian, sebuah gelaran pekan mode bertajuk Eco Fashion Week Indonesia digelar untuk pertama kalinya di Museum Kebangkitan Nasional, Jakarta Pusat sejak 30 November hingga 2 Desember 2018.
"Ini adalah yang pertama kali di Indonesia dan Asia," ujar perancang Merdi Sihombing sekaligus inisiator Eco Fashion Week Indonesia 2018.
Baca Juga: Tebakan /rif Meleset di Pelelangan Gitar Bertanda Tangan Personel Megadeth
Salah satu yang berpartisipasi dalam gelaran ini adalah produsen serat kain Lenzing Group yang berbasis di Austria dan memperkenalkan serat kain tencel.
Tencel merupakan salah satu merek serat unggulan dari Lenzing Group yang berbahan baku dari serat kayu bersertifikat.
Pemilihan bahan baku kayu bersertifikat dianggap sebagai salah satu solusi dalam menggerakkan industri fsahion yang lebih ramah lingkungan.
"Permintaan fashion berkelanjutan semakin meningkat dan kami merasa bertanggungbjawab untuk ikut berkontribusi," kata Lenzing Indonesia Commercial Head-SEA Region, Winston Mulyadi dalam acara yang sama.
Ia melanjutkan, serat tencel sangat ramah lingkungan karena ketika produk fashion sudah tidak terpakai, serat kainny akan kembali terurai dan kembali ke alam.
Baca Juga: Mendikbud: Sekarang Indonesia Ranking Pertama di Kejuaraan Keahlian Asia
"Selain ramah lingkungan, tencel juga mampu meberikan rasa nyaman dan sejuk kepada pemakainya," tambah Winston.