Tampilkan Borobudur, CFD Jakarta jadi Galeri Budaya Jawa

MN Yunita Suara.Com
Jum'at, 30 November 2018 | 15:00 WIB
Tampilkan Borobudur, CFD Jakarta jadi Galeri Budaya Jawa
Pesona Borobudur di CFD Jakarta dimeriahkan beragam budaya Jawa. (Dok: Kemenpar)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Pesona Borobudur akan mewarnai Car Free Day Jakarta, Minggu (9/12/2018). Acara yang berlangsung mulai  pukul 06.00-11.00 WIB di Park and Ride Thamrin 10, Menteng, Jakarta juga dimeriahkan beragam budaya Jawa.

Direktur Utama Badan Otorita Pariwisata Borobudur, Indah Juanita mengungkapkan tarian terbaik seperti Tari Bedhaya Ketawang, Gambyong, Ronggeng, dan Kethek Ogleng menjadi hiburan menarik bagi warga Jakarta.

“Budaya Jawa ini selalu unik dan menarik. Untuk mengobati rasa rindu akan kampung halaman, kami sajikan tarian terbaik dari Jawa. Semua dibawakan dengan klasik lengkap dengan kostum dan musik tradisionalnya. Jadi, pastikan CFD Jakarta jadi spot liburan terbaik Minggu ini,” ungkap Indah.

Bedhaya Ketawang sendiri merupakan tarian kebesaran yang ditampilkan dalam agenda khusus kenegaraan. Diantaranya, penobatan tahta juga Tingalandalem Jumenengan Sunan Surakarta (upacara peringatan kenaikan tahta raja).

Secara etimologi, nama Bedhaya Ketawang diadopsi dari dua kata. Bedhaya berarti penari wanita istana, lalu Ketawang mengacu kepada langit. Jadi, Tari Bedhaya Ketawang ini mengacu kepada nilai tinggi, keluhuran, dan kemuliaan. Tarian ini menjadi sakral karena titik sentralnya Tuhan Yang Maha Esa. Lalu, Bedhaya Ketawang ini dibawakan oleh 9 penari dengan filosofi berbeda.

“Bisa menampilkan Tari Bedhaya Ketawang ini sungguh luar biasa. Sebab, tarian ini tidak sembarangan dipertontonkan. Kami sengaja menampilkan tarian ini untuk memberikan inspirasi betapa kaya dan tingginya budaya Indonesia dengan kedalaman maknanya,” terang Indah.

Selain Bedhaya Ketawang, masih ada Tari Gambyong yang merupakan tarian Jawa klasik dengan beragam varian. Dari sekian banyak genre, yang familiar adalah Tari Gambyong Pareanom dan Tari Gambyong Pangkur.

Gerakannya terdiri dari 3 bagian utama, yaitu maju beksan, beksan, dan mundur beksan. Inti gerakan terpusat pada kaki, lengan, tubuh, dan kepala.

Dengan karakter khasnya, tarian juga mudah dikenali. Penari Gambyong umumnya mengenakan kostum dengan dominasi warna kuning dan hijau. Warna ini menjadi simbol kemakmuran dan kesuburan. Lalu, tarian ini selalu dibuka dengan Gendhing Pangkur.

“Apa yang tersaji di #PesonaBorobudurDiCarFreeDayJakarta sungguh luar biasa. Pesan-pesan yang ingin disampaikan sangat bagus. Berada di #PesonaBorobudurDiCarFreeDayJakarta ini otomatis wawasan pengunjung akan bertambah. Jadi jangan sampai terlambat,” terang Ketua Tim Percepatan Pembangunan Destinasi Pariwisata Prioritas Kemenpar, Hiramsyah S Thaib.

Selain itu masih ada Tari Ronggeng juga Tari Ketek Ogleng. Tari Ronggeng ini memungkinkan pasangan saling bertukar bait-bait puitis ketika menari. Secara garis besar, Tari Ronggeng ini dimiliki Jawa dan Sunda. Tari Ronggeng memungkinkan penari untuk mengundang penonton lelaki dengan harapan mendapatkan uang tips.

Khusus Tari Kethek Ogleng, kesenian ini menjadi salah satu kekayaan bumi Wonogiri, Jawa Tengah. Tari ini diadopsi dari cerita kera jelmaan Raden Gunung Sari dalam cerita Panji. Pergi mencari Dewi Sekartaji, Gunung Sari lalu menjelma menjadi kera putih yang lincah dan lucu.

Baca Juga: Bidik Wisman Tiongkok, Kemenpar Partisipasi di CITM 2018

Menteri Pariwisata, Arief Yahya juga sangat mendukung pelaksanaan CFD Borobudur. Menurutnya Jawa kaya ragam seni dan budaya.

“Bisa menyaksikan tarian-tarian ini secara langsung tentu luar biasa. Apalagi, Tari Bedhaya Ketawang ini sangat khusus. #PesonaBorobudurDiCarFreeDayJakarta ini harus jadi prioritas liburan. Sebab, ada banyak kemeriahan yang disajikan di sana,” kata Menteri asal Banyuwangi itu.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI