Suara.com - Rendang merupakan kuliner asal Sumatera Barat yang namanya telah mendunia. Bahkan salah satu situs travel internasional menobatkan rendang sebagai kuliner terlezat di dunia. Namun sayangnya, menurut Andre Setiawan, S.STP.,M.PA. selaku Kepala Badan Penghubung provinsi Sumatera Barat, selama ini orang masih salah kaprah menyebut kuliner berbahan santan ini.
Menurutnya sebutan yang tepat untuk rendang adalah randang, yang berasal dari kata merandang yang merujuk pada proses pembuatan produk kuliner itu sendiri. Andre mengatakan bahwa untuk memasak randang membutuhkan empat tahapan sehingga terciptalah citarasa dan kualitas yang tak tertandingi.
"Jadi kalau orang menyebut rendang, itu harus dipertanyakan asalnya dari mana. Karena di Sumatera Barat sendiri kita menyebutnya randang yang merupakan hasil dari proses merandang yang membutuhkan waktu lama," ujar Andre dalam temu media Nusantara Merandang di Jakarta, Kamis (29/11/2018).
Bagi masyarakat Minangkabau, randang tak hanya dikenal sebagai menu kuliner, namun juga menjadi bagian terdalam dari adat, budaya, dan kehidupan sosial sejak berabad-abad silam. Bahkan sebagai makanan adat, jenis randang sangat banyak dan disesuaikan dengan fungsinya. Randang untuk acara pernikahan akan berbeda dengan randang untuk acara sunatan.
Baca Juga: Ingin Lebih Seksi, Nadia Purwoko Pilih Sulam Bibir
"Bahkan unsur utama randang itu sendiri ada empat dan memiliki filosofi tersendiri. Daging menggambarkan orang yang dituakan, santan mewakili kaum cendekiawan di Sumatera Barat, lada atau cabai mewakili kalangan ulama yang tegas dan fokus mendirikan syariat agama, bumbu sendiri mewakili masyarakat seluruhnya," tambah dia.
Andre mengatakan salah satu keunikan dari kuliner khas Minangkabau ini adalah jenisnya yang sangat banyak. Hingga saat ini, jenis randang yang sudah tercatat sebanyak 400 jenis randang. Menurutnya hal ini menjadi peluang dan tantangan pemerintah Provinsi Sumatera Barat untuk secara aktif memperkenalkannya kepada masyarakat nasional dan internasional.
"Oleh karena itu kami menghelat Nusantara Marandang sebagai salah satu cara kami untuk kembali menyampaikan kepada masyarakat nasional dan internasional tentang nilai luhur, sejarah, dan budaya dari randang," tambah dia.
Puncak acara Nusantara Marandang akan diselenggarakan pada 2 Desember 2018 di kawasan Gelora Bung Karno. Pemilihan Jakarta sebagai tempat puncak acara, kata Andre, bertujuan untuk menyampaikan kepada masyarakat bahwa randang sebagai kuliner khas Minangkabau sudah menjadi milik bersama masyarakat Indonesia.
Baca Juga: Forum Zakat Dunia Akan Bahas Bantuan Bagi Pengungsi Rohingya