"Harga jual tempe di Australia delapan kali lebih tinggi daripada di Indonesia. Sedangkan di Perancis, tempe buatan Ana dibandrol harga sekitar 4 euro-8 euro (1 euro sekitar Rp 16.000). Tetapi peminatnya tetap banyak. Ini menandakan tempe dapat menjadi duta kuliner Indonesia," pungkas Vita.
Terpisah Menteri Pariwisata, Arief Yahya mengatakan, cara paling cepat, paling efektif, dan paling halus untuk mempopulerkan sesuatu ke pasar global adalah melalui diplomasi sosial-ekonomi. Dan salah satunya adalah melalui kuliner.
Benchmarknya Thailand. Negeri Gajah Putih sukses meningkatkan brand pariwisatanya melalui kuliner. Kini hampir di seluruh kota-kota besar dunia terdapat restoran Thailand. Selain itu, beberapa kuliner Thailand juga memiliki branding yang kuat di masyarakat dunia, contohnya Tom Yum.
"Dengan menjalankan diplomasi kuliner, kita melakukan penetrasi ke suatu negara tapi mereka tidak merasa. Saat ini, Kemenpar telah menetapkan national foods yang sudah populer di media masa dunia, yakni Rendang, Nasi Goreng, dan Sate serta Soto, dan Gado-Gado. Tempe dapat menjadi salah satu nasional food yang mengangkat nama Indonesia karena namanya sudah mendunia dan digemari warga negara asing," sebutnya.
Baca Juga: Sesmen Kemenpar Dukung Kolaborasi Industri-Komunitas GenPI
Ia juga menambahkan, tingginya minat warga asing terhadap tempe juga merupakan peluang untuk menarik wisatawan ke Indonesia. Salah satunya dengan membuka kelas untuk belajar memproduksi tempe. Seperti di Rumah Tempe Indonesia di Bogor. Tempat tersebut kerap sekali kedatangan wisatawan mancanegara yang ingin mempelajari cara membuat tempe.
"Tempe begitu digandrungi di tingkat dunia, ini menjadi peluang bagus mengangkat nasional brand sekaligus menarik wisatawan berkunjung ke Indonesia. Saya bangga sebagai bangsa tempe. Salam tempe! Salam Pesona Indonesia," pungkas Arief.