Suara.com - Perusahaan ritel fashion H&M akan menutup salah satu merek dagangnya yakni, Cheap Monday. Penutupan tersebut lantaran penjualan dan bisnis Cheap Monday tidak menguntungkan perusahaan.
Ritel fashion terbesar kedua di dunia ini menutup Cheap Monday setelah membeli merek tersebut dari Fabric Scandinavien AB pada 2008 silam. Cheap Monday sendiri merupakan merek yang menjual jeans dengan harga relatif murah.
"Cheap Monday memiliki model bisnis grosir tradisional, yang merupakan model yang telah menghadapi tantangan besar karena pergeseran dalam industri," kata H&M dalam sebuah pernyataan seperti dilansir dari Reuters, Rabu (28/11/2018).
"Telah ada tren negatif dalam penjualan dan laba Cheap Monday untuk waktu yang lama. Oleh karena itu H&M bermaksud menutup Cheap Monday."
Baca Juga: Trump Percepat Kenaikan Tarif Impor dari Tiongkok
H&M mengatakan sebanyak 80 karyawan akan terdampak dalam penutupan merek Cheap Monday. Meski begitu, H&M akan bertanggung jawab memberikan semua hak karyawan yang dilakukan bertahap hingga Juni 2019.
Saat ini H&M juga tengah berjuang untuk melakukan tranformasi ritel. Transformasi yang dimaksud yakni transformasi dari penjualan di toko beralih ke online.
"Kami melihat peluang yang sangat baik dan potensi besar untuk semua merek lain dalam Bisnis Baru, yang semuanya berkembang positif baik secara digital maupun melalui toko fisik," kata manajemen H&M.