Wisman Malaysia Naik, Wisata Halal di Danau Toba Bakal Digenjot

MN Yunita Suara.Com
Minggu, 25 November 2018 | 18:00 WIB
Wisman Malaysia Naik, Wisata Halal di Danau Toba Bakal Digenjot
Pelaku pariwisata di Danau Toba harus siap menyambut wisatawan Malaysia yang terus bertambah jumlahnya. (Dok: Kemenpar)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Tingkat okupansi maskapai Malindo Air dan Air Asia dari Malaysia menuju Silangit mengalami perkembangan signifikan. Seluruh pelaku periwisata di Danau Toba pun diminta untuk mengantisipasi adanya lonjakan dari wisatawan asal Negeri Jiran tersebut.

"Saya mendapatkan laporan bahwa setiap Jumat, wisatawan Malaysia yang datang di atas ratusan. Sementara di hari biasa hanya mencapai di angka 90 orang saja. Itu artinya pasar ini bertumbuh bagus," kata Asisten Deputi Pengembangan Destinasi Pariwisata Regional I Deputi Bidang Pengembangan Destinasi Pariwisata Kementerian Pariwisata (Kemenpar), Lokot Ahmad Enda.

Oleh karena itu, ia meminta semua pelaku pariwisata di Danau Toba bersiap menyambut wisatawan, tidak terkecuali bidang kuliner dan restaurant. "Kita harus mulai mempersiapkan sertifikasi halal di setiap restaurant?," kata Lokot.

Hal tersebut diungkapkan Lokot dalam acara Workshop Penyusunan Paket Wisata Wonderful Huta Toba di Hotel Martin Anugrah, Danau Toba, Kamis (22/11/2018).

Baca Juga: Kemenpar Beri Penghargaan Industri dan Tokoh Kuliner Indonesia

Kendati dipastikan restoran itu halal dan dijamin kebersihannya, namun sertifikasi juga sangat dibutuhkan wisatawan untuk bisa menikmati hidangan di restoran tersebut. "Makanan halal itu sudah menjadi gaya hidup di dunia. Jadi sudah saatnya para pengusaha di Danau Toba memikirkannya hal tersebut," imbuh Lokot.

Lokot membeberkan, wisata halal dinilai memiliki potensi untuk berkembang mengingat banyaknya umat muslim di Malaysia. Selain itu sektor ini pun dianggap menjadi kunci penguatan ekonomi Indonesia.

"Di sisi lain, wisata halal juga menghadapi berbagai tantangan. Terutama dari sisi budaya, demografi, tujuan maupun alokasi biaya yang dikeluarkan untuk berwisata," tambahnya.

Sertifikasi Halal yang menjadi bagian dari wisata halal itu tidak dapat berdiri sendiri, namun menjadi bagian dari keseluruhan industri halal yang mencakup sektor finansial dan pembiayaan. Sektor lain pun juga bisa turut dikembangkan seperti busana Islami, pariwisata halal, kosmetika halal dan obat-obatan halal.

"Destinasi Danau Toba secara pararel harus mempersiapkan ini. Keindahan Danau Toba tidak dimiliki negara-negara timur tengah yang mayoritas muslim. Kita bisa memulainya dari wisatawan Malaysia ini,"katanya.

Baca Juga: SMSI - Kemenpar Sebarkan Kesadaran Jurnalisme Ramah Pariwisata

Deputi Bidang Pengembangan Destinasi Pariwisata Kemenpar, Dadang Rizki Ratman membenarkan wisatawan Muslim memerlukan kepastian makanan halal melalui label halal. Menurutnya, makanan dan belanja memiliki kontribusi yang terbesar bagi pariwisata.

"Karena itu perlu kesadaran pelaku usaha pariwisata untuk memiliki sertifikat halal," kata Dadang.

Menurut data Bekraf, 41,69 persen pemasukan di sektor pariwisata adalah untuk kuliner dan 33,85 persen untuk busana dan kriya. "Potensi pariwisata luar biasa. Pariwisata menempati posisi kedua dalam sektor unggulan pembangunan 2018," jelasnya.

Dadang mengatakan sumbangan pariwisata terhadap pendapatan domestik bruto terbesar kedua setelah kelapa sawit dan sudah melampaui sektor minyak dan gas.

"Saatnya kita bergandengan tangan untuk pariwisata Indonesia, karena pariwisata menjadi sektor utama negara. Kata kunci pariwisata adalah penyumbang PDB, Devisa dan Lapangan Kerja yang paling mudah, murah dan cepat,"tegas Menteri Pariwisata, Arief Yahya.

REKOMENDASI

TERKINI