Suara.com - Selain memiliki tradisi kesenian yang beraneka ragam, Kabupaten Belitung juga memiki tradisi makan yang sarat Filosofi khas dan masih lestari hingga saat ini.
Yaitu makan bedulang. Tradisi makan bedulang adalah prosesi makan bersama yang dilakukan menurut adat Belitong, dengan tata cara dan etika tertentu.
Berdasarkan penjelasan juru masak sajian kuliner bedulang ini, bedulang berasal dari kata dulang, yang artinya nampan besar.
"Bagi masyarakat Belitung makan bedulang adalah makan bersama dengan satu dulang yang diperuntukan untuk empat orang yang duduk bersila di lantai, saling berhadapan," ungkap Ibu Nur kepada Suara.com saat ditemui di rumah makan miliknya di Belitung, Jumat (22/11/2018).
Baca Juga: Rawan Masalah Gigi, Indonesia Masih Kekurangan Pakar Bedah Mulut
Dalam tradisi ini, yang unik adalah penyajiannya. Jadi berbagai masakan khas Belitung diletakkan dalam seperangkat piranti. Pastinya ada makna tersendiri dari cara penyajian yang sangat khas itu.
"Makan bedulang mencerminkan keterikatan erat antara sistem sosial dan ekologi pulau Belitung. Filosofinya adalah rasa kebersamaan dan saling menghargai antar anggota masyakat. Duduk sama rata, berdiri sama tinggi," bebernya.
Untuk makanan yang disajikan sendiri, terdiri dari 4-6 macam lauk dan nasi putih, lalu disajikan untuk 4 orang.
"Menu paling utama adalah gagan. Masakan khas Belitung yang berbahan dasar ikan. Ikan berkuah kuning yang dilengkapi irisan nanas muda," katanya.
Makan bedulang biasanya dilakukan saat acara-acara tertentu. Seperti syukuran, pernikahan, kelahiran, atau senatan. Etikanya juga tidak boleh makan menggunakan sendok, tetapi dengan tangan yang sudah dicuci di kobokan.
Baca Juga: Menpar Sebut Promosi Pariwisata Indonesia Lewat Suara Emas Rossa
"Cuci tangan dan memulai makan juga dilakukan oleh orang yang lebih tua terlebih dahulu, sebagai tanda menghormati," terangnya.