Suara.com - Kekayaan budaya nusantara berhasil memukau pengunjung yang hadir di Parade Pelangi Budaya, Minggu (18/11/2018). Parade yang berlangsung di pinggir pantai ini merupakan salah satu rangkaian dari Festival Tanjung Kelayang 2018 yang berlangsung dari 15-19 November 2018.
Parade Pelangi Budaya diikuti oleh 40 peserta yang berasal dari Belitung. Namun beberapa perwakilan juga datang dari wilayah lain seperti Boyolali, Kabupaten Bekasi, juga Jambi.
Parade menempuh jarak 3 kilo meter dengan latar belakang pemandangan Belitung. Mulai pasir putih, birunya air laut, Pulau Lengkuas, hingga Batu Garuda. Kemeriahan begitu terasa karena sekitar 4.000 orang pengunjung memadati rute parade.
Sementara itu Parade Pelangi Budaya dibuka oleh delegasi Boyolali.
“Kami menampilkan Buto Gedrug dan Topeng Ireng. Sebab ini menjadi identitas Boyolali. Penampilan kami kali ini spesial untuk Festival Tanjung Kelayang. Tarian juga sudah dikembangkan jadi kreasi baru,” ungkap Senior Sanggar Seni Krido Mudo Tarubatang Boyolali, Andri Suryanto.
Penampilan Buto Gedrug dan Topeng Ireng mendapat apresiasi publik. Buto Gedrug sendiri merupakan potongan karakter kesenian jathilan. Topeng Buto Gedrug juga punya beberapa karakter, yang berwarna cokelat bernama Ludru. Karakter ini memiliki hidung naga dan melambangkan kasta bawah.
Selanjutnya topeng warna hijau bernama Belegur Mahkota yang menggambarkan para pemimpin. Ada juga warna topeng abu-abu atau Mata Leak yang jadi pendamping pemimpin.
Masih ada juga penampilan Tari Topeng Ireng. Tari ini memiliki punya filosofi ‘Toto Lempeng Irama Kenceng’, artinya hidup ini harus lurus dan bersemangat untuk meraih cita-cita.
Baca Juga: Promo Indonesia, Kemenpar Branding Bus Double Decker Australia
Ciri utama dari Topeng Ireng ini adalah mahkota dari bulu yang melambangkan kesederhanaan. Kostumnya terdiri dari rampek dan sompyok. Warna yang diadopsi merah, biru, dan hitam dengan hiasan payet.
“Tari Topeng Ireng juga mengalami pembaruan kostum. Dahulu mahkota dan kostum memakai daun,” jelas Andri.
Selain Boyolali, Kabupaten Bekasi ikut berpartisipasi melalui melalui Tari Jaipong. Tarian ini dibawakan oleh 5 penari wanita. Pesan yang ingin disampaikan, citra positif Bekasi yang melestarikan tradisi dari leluhur. Tari Jaipong versi Bekasi ini dikolaborasikan dengan Lagu Ronggeng Menor dan Kalang Sunda.
“Festival Tanjung Kelayang ini penting. Pengunjungnya banyak, baik dari dalam dan luar negeri. Untuk itu, kami tampil di sini dengan Jaipong. Tarian ini terus dilestarikan dan di beberapa sekolah sudah jadi kelas khusus,” tutur Kabid Pemasaran Pariwisata Dispar Kabupaten Bekasi, Tri Cahyani.
Festival Tanjung Kelayang memang menjadi magnet wisatawan. Terhitung sekitar 25.000 orang pengunjung menghadiri festival tersebut. Jumlah wisatawan domestik mencapai angka 5.000 orang sementara mancanegara menyentuh 1.000 orang.
“Target kunjungan wisatawan sudah melebihi target baik wisman, wisnus, ataupun lokalnya. Ini progress bagus," jelas Kadispar Belitung, Hermanto.
Selain penampilan perwakilan daerah, Parade Pelangi Budaya juga menggelar beragam kekayaan nusantara. Ada Barongsai dan Liong, pencak silat plus debus, kuda lumping, hingga tarian juga musik khas Bali. Masih ada juga eksibisi layang-layang internasional yang diikuti peserta lokal dan negara lain.
“Rangkaian Festival Tanjung Kelayang sangat banyak, mencapai 10 item. Tentu hal ini bagus untuk branding destinasi,” terang Staf Ahli Menteri Bidang Multikultural Kemenpar, Esthy Reko Astuty.
Seluruh rangkaian ini pun mendapat apresiasi Menteri Pariwisata, Arief Yahya. Ia mengungkapkan Belitung diuntungkan dengan penyelenggaraan Festival Tanjung Kelayang ini.
“Festival ini memberikan impact positif . Jumlah kunjungan wisatan besar, lalu ada value secara ekonomi. Kami gembira karena penyelenggaraan festival ini sukses. Namun, inovasi dan evaluasi tetap harus dilakukan supaya festival tahun depan lebih bagus lagi,” tutupnya.
Baca Juga: Kenalkan Kuliner Indonesia, Kemenpar Gandeng 100 Resto Diaspora