Suara.com - Ilmu kedokteran cukup berkaitan dengan ilmu herbal, memanfaatkan kekayaan tumbuhan sebagai obat-obatan bukan hanya untuk mengobati tapi juga mencegah, hal itu disampaikan Dokter Lula Kamal selaku narasumber dalam talkshow gerakan Jaga Bhumi II, Rabu (21/11/2018) memperingati Hari Pohon Sedunia.
Bertepatan dengan peringatan Hari Pohon Sedunia pada 21 November pula, Yayasan Kebun Raya Indonesia (YKRI) meluncurkan gerakan Jaga Bhumi periode ke-2, 2018 – 2019.
"Masyarakat Indonesia harus sangat bersyukur hidup di Indonesia dengan kekayaan alam hutan dan tumbuhan yang sangat luas da beragam, di beberapa negara penduduknya bahkan membayar untuk mendapatkan oksigen dari alam, bahkan sulit menemukan hutan alami. Indonesia kaya akan hal tersebut, dan sudah harusnya kita jaga dan lestarikan," katanya.
Sementara itu, Oday Kodariyah, pemenang Sarasehan Kalpataru yang juga menjadi narasumber, menuturkan perjuangannya bertahan hidup dan selamat dari ancaman mematikan penyakit kanker karena mengonsumsi beraneka ragam tumbuhan yang dianjurkan banyak orang.
Baca Juga: Indosat Ooredoo Uji Teknologi 5G Lewat 3D AR
Perempuan berumur 64 tahun ini berhasil sembuh dari penyakit kanker servik yang sangat mematikan itu, dengan obat herbal.
"Saya bersama 4 saudara saya terkena penyakit kanker tapi berbeda-beda dalam satu dekade. Keempat saudara saya tidak bisa diselamatkan, hanya saya saja yang bertahan," katanya.
Ia berobat kedokteran 3 tahun tidak berhenti hingga akhirnya tubuh saya menolak obat-obatan dengan membengkak setiap kali disuntik dan minum obat, maka saya dianjurkan seorang dokter untuk mencoba obat herbal hingga saya mencoba segala macam tumbuhan hingga akhirnya memiliki kebun dengan 700 jenis tumbuhan yang baik untuk kesehatan baik untuk mengobati dan mencegah.
Gerakan Jaga Bhumi mengusung slogan ‘Kembalikan Kejayaan Alam Indonesia’.
Di acara deklarasi Gerakan Jaga Bhumi ini, digelar acara talkshow membedah tentang keanegaragaman kekayaan hayati Indonesia untuk obat herbal, antara lain dengan menghadirkan Ketua II Yayasan Kebun Raya Indonesia Sonny Keraf dan dokter Lula Kamal. Di acara ini pula, Walikota Surabaya Tri Rismaharini menyerahkan donasi Kebun Raya Mangrove 2018.
Michael Sumarijanto, Ketua I YKRI menuturkan YKRI berniat untuk terus mempromosikan kepada masyarakat luas mengenai manfaat tumbuhan dan keberadaan Kebun Raya. "Kebun Raya memiliki sangat banyak potensi yang baik bagi pengelolaan lingkungan hidup di Indonesia," tuturnya.
Baca Juga: Pertumbuhan Ekonomi RI Tak Bisa Disamakan dengan Singapura
Gerakan Jaga Bhumi pertama kali tercetuskan di tahun 2017 untuk periode 2017– 2018 dan menghasilkan Kebun Raya Mangrove pertama di dunia yang berlokasi di Pantai Timur Surabaya.
Inisiasi gerakan tersebut diresmikan melalui penandatanganan MOU antara Pemerintah Kota Surabaya dengan LIPI.
Gerakan Jaga Bhumi diinisiasi pertama kali oleh YKRI. Misinya untuk menyelamatkan plasma nutfah Indonesia melalui revitalisasi dan peningkatan jumlah kebun raya di Indonesia.
Selain itu, ada juga program Jelajah Bhumi yang berhasil dengan gerakan sepeda jarak 1000 kilometer dengan rute Jakarta ke Surabaya. Bahkan ini juga memberangkatkan program lainnya seperti Car Free Day, Office Visit, Community Visit dan mendekorasi Halte Transjakarta di daerah Tosari, Jakarta.
Jadi banyak sekali kegiatan yang akan dilakukan memperingati Hari Pohon Sedunia yang dilakukan gerakan jaga bhumi ini.