Suara.com - Polisi telah menetapkan Haris Simamora sebagai tersangka dalam kasus pembunuhan keluarga Diperum alias Gaban Nainggolan. Setelah menyandang status tersangka, polisi juga telah resmi menahan Haris sejak Kamis (15/11/2018) malam.
Kabid Humas Polda Metro Jaya, Kombes Pol. Argo Yuwono mengatakan untuk sementara Haris menjadi tersangka tunggal. Hanya saja, kepolisian masih melakukan pengembangan untuk menemukan tersangka lain.
"Sementara (pelaku) sendiri, nanti kita masih pengembangan-pengembangan yang lain," ujar Argo di Polda Metro Jaya, Jumat (16/11/2018).
Melihat kini banyaknya pembunahan sadis, Psikolog Klinis Forensik, Dra. A. Kasandra Putranto angkat bicara. Menurutnya banyak faktor yang melatarbelakangi motif pelaku untuk menghabisi nyawa korban.
Baca Juga: Dikira Setan, Nining Dengar Jeritan Keluarga Gaban saat Dibantai
"Soal motif (pembunuhan Gaban) itu memang harus ada penelitian lebih lanjut, tapi kalau pada kasus pembunuhan lai, biasanya terkait motif ekonomi, dendam, asmara dan sebagainya. Tiap kasus pasti ada penjelasannya tersendiri karena memiliki psikodinamika yang berbeda," ujarnya saat dihubungi Suara.com, Jumat (16/11/2018)
Banyak berita beredar bagaimana orang yang tega berbuat kejam, dan tak segan membunuh secara sadis. Pernah kita dengar kasus mayat dicor di tembok, kasus mutilasi, bunuh anak sendiri, dan banyak lagi. Melihat fenomena itu, Kasandra memastikan bahwa ada profil psikologis pelaku yang "bermasalah".
"Umumnya memang ada profil psikologis yang khas, tetapi justru tidak semua sampai memiliki gangguan jiwa berat yang layak dibebaskan. Semua jenis pembunuhan yang mengakibatkan hilangnya nyawa orang lain adalah perbuatan sadis. Yang membedakannya ada dua, pertama adalah faktor kesengajaan atau spontan dan kedua itu adalah faktor perencanaan. Semakin terbukti bahwa ada unsur perencanaan, semakin sadislah pembunuhan tersebut," bebernya.
Kasandra menyebut berbagai faktor yang ditengarai bertanggung jawab atas penyebab seseorang tega membunuh secara kejam.
"Ada pengaruhnya lho dari faktor masa kecil, pola asuh, lingkungan, situasi dan kondisi yang secara mandiri atau bersama sama mempengaruhi fungsi otak pelaku yang mendorongnya melakukan tindakan pembunuhan, antara lain kematangan, stabilitas emosi, keterampilan sosial, kemampuan kendali diri, hingga dorongan agresivitas," pungkasnya.
Baca Juga: Toyota Mulai Sebar Tampilan Camry TRD Melalui Video