"Yang nyinyir nggak boleh (gabung), yang rasis nggak boleh (gabung). Tidak ada kriteria khusus, tapi secara general harus senang local brand, no politic, no sara. Intinya kita positive vibes dan medsos itu cerminan diri, nggak bisa dibohongi," terang Diah merinci.

Selain membuat acara internal untuk sesama anggota, Komunitas Perempuan Pelestari Budaya juga beberapa kali membuat acara bertema sosial yang terbuka untuk umum.
Salah satunya membuat seminar tentang filosofi Batik yang dilakukan awal 2018, dan seminar tentang anak yang akan diselenggarakan dalam waktu dekat.
"Jadi, nanti ada seminar tentang anak-anak dan kita membawa psikolog, acara seperti itu terbuka untuk umum," tambah Diah lagi.

Selain itu, Komunitas Perempuan Pelestari Budaya juga telah mengunjungi Nusa Tenggara Timur (NTT) untuk membantu pendanaan sekolah tari yang ada di sana.
Orang-orang Sejiwa Lewat Komunitas
Salah satu anggota, Ratih Rudianto mengatakan, bergabung dengan Komunitas Perempuan Pelestari Budaya membuatnya semakin mengenal banyak karakter yang sejiwa.
"Sejak dulu saya sudah peduli dengan budaya, tapi tak tahu ke mana harus bergabung (komunitas). Dan sekarang wawasan saya tentang budaya dan tradisi makin bertambah sejak bergabung dengan komunitas ini, terangnya panjang lebar.

Senada dengan Ratih, anggota lain bernama Elin Shinta mengaku semakin mencintai kain wastra Indonesia saat bergabung dengan Komunitas Perempuan Pelestari Budaya.
"Saya secara umum senang dengan fesyen dan pas ketemu komunitas ini makin digiatkan menyukai kain wastra, makin membawa produk kain ke hidupan sehari-hari," ucapnya.
Baca Juga: Urus Bayi Tanpa Babysitter, Zee Zee Shahab dan Suami Makin Mesra
Anda yang tertarik bergabung atau ingin mengetahui lebih jauh tentang komunitas ini dapat melihat seluruh kegiatan Komunitas Perempuan Pelestari Budaya di laman Facebook dan Instagramnya @perempuanpelestaribudaya.