Sambut Harbolnas, Psikolog: Waspada Tren Berhutang Juga Meningkat

Ade Indra Kusuma Suara.Com
Jum'at, 09 November 2018 | 10:46 WIB
Sambut Harbolnas, Psikolog: Waspada Tren Berhutang Juga Meningkat
Ilustrasi terlilit hutang [shutterstock]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Setelah enam tahun berturut-turut diadakan, Harbolnas berhasil memberikan kemeriahan dalam berbelanja online setiap tahunnya. Dari tahun ke tahun peserta Harbolnas semakin meningkat begitu pula dengan total transaksinya. Harbolnas 2017 berhasil mendapatkan pencapaian tertingginya dengan menggandeng UMKM. Menyambut diskon besar Harbolnas, Psikolog juga menyoroti beberapa dampak positif dan negatif belanja online yang terjadi. 

Tahun ini, Harbolnas 2018 hadir dengan tema “Belanja untuk Bangsa” dengan mengutamakan produk lokal dan untuk pertama kalinya selama pelaksanaan Harbolnas, pemerintah memberikan dukungannya terhadap kegiatan ini melalui tiga kementerian yaitu Kementerian Perdagangan,
Kementerian Komunikasi dan Informatika, serta Kementerian Perindustrian.

Menyambut Harbolnas beberapa hari kedepan, para konsumen pastinya sudah merinci dan menandai barang-barang yang siap diborong di hari diskon terbesar di beberapa aplikasi e-commerce yang ada di Indonesia.

"Saat ini belanja online sudah sangat semarak di mana-mana. Kemudahan berbalanja kapan saja dan di mana saja semakin memudahkan konsumen untuk belanja tanpa menghabiskan waktu terutama untuk konsumen yang sibuk. Tren ini ada segi positif dan negatifnya ya," beber Psikolog Erna Marina Kusuma M.Psi. kepada Suara.com (9/11/2018)

Baca Juga: Rohandi Bacok Polisi Sambil Teriak Asma Allah

Disebut Erna memang banyak aspek positif yang didapat. "Pasti adanya keuntungan para UMKM, produsen terutama home industri semakin maju dan menghemat biaya sewa tempat, konsumen juga terbantu dengan harga menjadi lebih murah, praktis, tidak menghabiskan waktu dan energi untuk membeli barang yang di butuhkan. Semua ini membantu masyarakat bisa menggunakan waktu yang biasanya untuk belanja lama di jalan karena macet atau susah mencari parkir menjadi waktu yang produtif untuk mengerjakan hal lainnya,"

Namun seringkali aspek negatif juga di dapat dengan adanya tren belanja online ini.

"Kemudahan berbelanja yang di dapat seringkali mendorong sikap konsumtif masyarakat semakin meningkat. Sikap konsumtif itu sulit dijaga, hingga tagihan kartu kredit juga menjadi meningkat. Seringkali orang merasa beli karena murahnya itu. Sedikit-sedikit beli, namun konsumen lupa walau beli sedikit-sedikit beli karena murah, kan jadi besar juga pengeluarannya. Hal ini membuat orang mudah terlibat hutang, dan tren hutang kini mulai banyak dilakukan," seru Erna.

Beragam promo dan tawaran diskon seringkali membuat orang menjadi ketagihan belanja online.

"Jika sudah ketagihan akan membuat hilang kontrol diri. Hal ini perlu di waspadai agar jangan sampai terlilit hutang karena kontrol yang kurang. Perlu adanya kesadaran untuk membeli kebutuhan dan bukan beli keinginan," imbau Erna.

Baca Juga: Diduga Korban Perdagangan, Shinta 4 Tahun Lumpuh di Taiwan

Agar tidak ketagihan belanja online, Erna berpesan perlu membatasi pengeluaran kita setiap bulannya, dan sesekali jalan keluar belanja di mall karena aktiftas belanja jalan ke mall atau pusat perbelanjaan itu menyehatkan. 

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI