Bukan saja itu, sejak 2013, Amauri Sport Organisation (ASO) merekomendasi TdS menjadi kejuaraan mayor di Asia. Rekomendasi ini bukan tanpa sebab.
TdS selalu mampu menyedot lebih dari satu juta penonton, dengan menduduki peringkat ke-5 dunia dengan 550 ribu penonton.
"Event ini bersanding dengan Tour de France (12 juta penonton), Giro d’Italia (8 juta), Vuelta a Espana (5 juta), Santos Tour Down Under (750 ribu). Ini membuktikan, besarnya betapa besarnya TdS, dan inilah mengapa industri berlomba masuk untuk mensponsori TdS," ujar menpar.
Sementara itu, Esthy Reko Astuty menilai, Sumbar cukup jeli membaca peluang, termasuk melihat keunggulan potensinya. Penyelenggaraan TdS menyebarkan dampak positif bagi pariwisata Sumbar itu sendiri.
Baca Juga: Tour de Singkarak Digelar Lagi, 26 Negara Ikut Serta
"Ini sangat pas. Event sport tourism TdS 2018 memberikan dua dampak sekaligus, yakni dampak langsung pada ekonomi masyarakat (direct impact economic value) dan media value yang tinggi terhadap promosi pariwisata Sumbar secara nasional dan internasional," ujarnya.
Selain itu, dampak positif lainnya pun ikut bergulir. Seluruh kabupaten dan kota di Sumbar berlomba untuk memoles wajah pariwisatanya, terutama peningkatan sektor 3A (atraksi, aksesibilitas, amenitas).
Kemantapan destinasi yang dahulu hanya dimiliki Padang dan Bukittinggi, kini telah berubah. Sawahlunto, Batusangkar, dan Kabupaten atau kota lainnya kian berpacu memperkuat aspek 3A-nya. Imbasnya, makin kuatnya infrastruktur dalam rangka mendorong sektor kepariwisataan.
"Kemampuan pengembangan pariwisata akan menimbulkan multiplier effect. Perkembangan pariwisata akan sejalan dengan pertumbuhan fasilitas pendukung pada konsep pariwisata. Dengan pesatnya pertumbuhan pariwisata, maka pertumbuhan sektor lainnya langsung mengikuti. Inilah pariwisata. Kemenpar akan terus mendukung perhelatan TdS," pungkas Esthy.
Baca Juga: Tour de Singkarak Masuki Etape Berat di Puncak Lawang