Pasar Digital Kebon Watu Gede Dikonsep dalam Tampilan Jadoel

Minggu, 04 November 2018 | 18:00 WIB
Pasar Digital Kebon Watu Gede Dikonsep dalam Tampilan Jadoel
Destinasi digital Pasar Kebon Watu Gede, Magelang, Jawa Tengah. (Dok: Kemenpar)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Destinasi digital Pasar Kebon Watu Gede, Magelang, Jawa Tengah, bakal makin meriah. Atraksi budaya disiapkan GenPI Magelang untuk memeriahkan pasar, mulai dari tari-tarian tradisional, live music accoustic, hingga permainan tradisional khas Magelang.

Atraksinya akan dibalut dengan pemandangan keren. Ada pemandangan Gunung Sumbing, Gunung Merbabu, Gunung Merapi dan dikelilingi persawahan.

Tertarik?

Datang saja di Lereng Sumbing, Dusun Jetak Desa Sidorejo, Kecamatan Bandongan, Magelang. Atraksi budaya akan mulai digelar 18 November nanti.

Baca Juga: Pasar Karetan Jadi Pionir Pasar Destinasi Digital di Indonesia

"Kita sudah medirikan panggung semi permanen. Panggung ini akan diisi berbagai pertunjukan secara bergantian. Pada 18 November nanti, akan ada tarian tradisional dari sanggar tari sekitar," ujar juragan Pasar Kebon Watu Gede, Ari Fianto, Kamis (1/11/2018).

Pada 18 November akan ada hiburan baru. GenPI Magelang membuat paket mainan tradisional. Di area yang sama, disediakan juga arena belajar angklung dan gamelan.

"Karena kita dapat izin lokasi baru, maka area pasar diperluas. Rencananya mau kita buat arena permainan tradisional dan latihan angklung atau gamelan," ungkap Ari.

Pasar Kebon Watu Gede buka setiap Minggu Legi dan Minggu Pahing, mulai pukul 06.00-12.00 WIB. Ari mengungkapkan, pasar tidak buka tiap minggu lantaran menghormati kegiatan lainnya di desa setempat.

"Di desa kita udah ada kegiatan keagamaan dan sosial yang perlu kita jaga dan hormati. Kalau kita buka tiap minggu buka, bisa mati kegiatan yang ada, sebab semua yang terlibat, mulai pedagang sampai tukang parkir cuma warga sekitar," jelas Ari.

Baca Juga: Pasar Lodra Jaya Jadi Destinasi Digital Baru di Banjarnegara

Destinasi digital Pasar Kebon Watu Gede, Magelang, Jawa Tengah. (Dok: Kemenpar)
Destinasi digital Pasar Kebon Watu Gede, Magelang, Jawa Tengah. (Dok: Kemenpar)

Minggu kemarin, tepat pada peringatan Hari Sumpah Pemuda, 28 Oktober, Pasar Kebon Watu Gede menggelar lomba foto. Lomba digelar memanfaatkan media sosial juga. Antusias pesertanya banyak, ratusan foto yang terunduh.

"Lomba foto merupakan salah satu strategi mempromosikan pasar juga, karena media promosi banyak mengandalkan medsos. Pesertanya kemarin luar biasa banyak. Semua foto yang diposting menarik-menarik," ungkap Ari.

Nanti, lanjut Ari, akan disiapkan atraksi lainnya untuk mengisi 18 November. Atraksinya belum ditentukan, namun yang jelas akan menggandeng komunitas-komunitas  dari Magelang.

"Minggu depan baru didiskusikan, apakah menggandeng komunitas fotografer, komunitas musik atau komunitas seni budaya. Masih belum ditentukan," ungkapnya.

Selain atraksi, pasar ini juga menyediakan makanan tradisional dan kerajinan tangan. Tidak hanya makanan yang tradisional, pedagangnya pun memakai pakaian tradional.

Adapun aneka jajanan tempo dulu semacam yang dijual, seperti kue cucur, brondong jagung, getuk, lopis, dawet, kolak, lanting, rondho kemul, dan sebagainya.

Aneka gorengan, dadar telur, pepes, sate hingga jamu tradisional juga tersedia. Bahkan tukang cukur dan penjual sayur segar pun ada.

Pasarnya dikonsep jadoel atau masa lalu. Nuansanya sangat kental dengan nuansa tradisional.

Transaksi jual belinya juga menggunakan alat pembayaran khusus, yang diberi nama "Benggol". Pengunjung dapat menukarkan uang rupiah dengan benggol di tempat penukaran yang telah disediakan.

"Di pasar ini, selain untuk wisata kuliner, kita juga bisa hunting foto, karena pedagang, aksesoris dagangan, dan nuansa dibikin alami dan ala jadoel," kata Ari.

Layaknya destinasi digital, Pasar Kebon Watu Gede juga menyediakan beberapa spot foto yang Instagramable. Spot ini dibuat untuk memanjakan pengunjung.

Misalnya, anyaman bambu yang digantung di tengah jalan dengan bambu di kiri kanan jalan. Ada juga beberapa "gazebo" kecil atau gubuk-gubuk bambu di pinggir jalan, yang bisa untuk sekadar istirahat melepas lelah, atau untuk berfoto-ria dengan background sawah maupun Gunung Sumbing.

Ada pula spot selfie berbentuk 'love' dari bambu yang dibangun di atas sawah yang konturnya curam. Berbagai titik menarik sepanjang jalan ini membuat perjalanan menuju pasar tidak membosankan. 

"Hal ini untuk mendukung pengembangan potensi wisata di Dusun Jetak Desa Sidorejo, serta membantu realisasi 10 target pasar destinasi di Jawa Tengah pada 2018, dan 100 Pasar Destinasi Digital GenPI oleh Kemenpar di Indonesia," papar Ari.

Sejak berdiri, Pasar Kebon Watu Gede terbukti membantu meningkatkan potensi pendapatan masyarakat. Tiap buka, pasar ini kerap dikunjungi tak kurang dari 1.500 orang.

"Biasanya pengunjung rata-rata 1.500 sampai 3 ribu orang tiap buka. Tapi di momen tertentu, bisa sampai 6 ribu pengunjung. Omsetnya pun sudah mencapai Rp 93 juta sehari," ungkap Ari.

Menteri Pariwisata, Arief Yahya, mengatakan, GenPI harus memberikan bukti creative dan commercial value dalam destinasi digital.

"Pasar Digital besutan GenPI menjadi bukti bahwa komunitas ini running. Tidak hanya berkegiatan di media sosial, tapi komunitas ini mampu menerapkan creative value dan memanfaatkan media sosial dalam berpromosi," ujarnya.

Menurutnya,  destinasi digital besutan GenPI ini juga menjadi wadah bagi generasi muda, khususnya untuk mengekpresikan bakat seni serta melestarikan nilai-nilai budaya.

"Di destinasi digital tidak hanya untuk foto-foto saja, karena tiap minggu rutin digelar pertunjukan seni tradisional. Misalnya tarian daerah, permainan-permainan tradisional dan juga musik dari anak-anak muda. Teruslah ngegas mempromosikan destinasi wisata Indonesia, events dalam kalender nasional dan daerah, serta kebijakan kepariwisataan,” tambahnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI