Suara.com - Kerajaan Amantubilah di Mempawah, Kalimantan Barat, bakal memperlihatkan kekayaan budayanya, di Festival Robo-Robo, yang akan berlangsung tiga hari, 5-7 November.
Tak jauh beda dengan tahun sebelumnya, festival tahun ini akan diawali dengan Upacara Robo-Robo. Tahun ini, tema yang diangkat "Kembalikan Marwah Kerajaan Kesultanan di Indonesia".
Peserta upacara datang dari berbagai unsur, mulai dari pelajar, warga sipil, tokoh agama, tokoh masyarakat, kepala suku, hingga para raja dan ratu.
Setelah Upacara Robo-Robo, kegiatan dilanjutkan dengan mencuci benda-benda pusaka Kerajaan Amantubilah. Jenisnya pun beragam, ada keris dan pedang.
Baca Juga: Festival Hudoq 2018 Mahulu, Trie Utami Siap Sajikan Jazz
Semua dirawat dengan baik, terbungkus kain berwana kuning emas. Hari pertama, Festival Robo-Robo ditutup dengan berdoa dan berdzikir bersama.
Asisten Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran I Regional II Kementerian Pariwisata, Sumarni, sangat mengapresiasi kegiatan ini.
“Festival Robo-Robo berangkat dari semangat masyarakat Mempawah. Semangat untuk menjaga martabat dan kedaulatan bangs dan menuju bangsa yang berbudaya,” tuturnya, Jumat (2/11/2018).
Memasuki hari kedua, acara dilanjutkan dengan ziarah kubur. Ratu dan rombongan datang ke makam Raja I.
Layaknya kaum bangsawan, makam tersebut sangat terawat. Tak hanya dinaungi bangunan semacam rumah, lokasinya pun berada di dataran tinggi.
Baca Juga: Tahun Depan Festival Raja Ampat akan Dibuat Tematik
Musyawarah Alam Raja-Raja dan Para Bangsawan menjadi acara selanjutnya. Musyawarah ini mengambil tema "Menuju Indonesia Masa Depan". Pesertanya cukup ramai, diikuti tetua adat, para pemuda, perwakilan mahasiswa, dan lainnya.
Yang tak kalah penting di hari kedua Festival Robo-Robo, adalah Ritual Adat Toana. Ini merupakan ritual adat Penganugerahan Gelar Amantubilah di lingkungan kerajaan.
“Saya setuju pentingnya menempatkan raja, ratu, sultan, pemangku adat, dan kepala suku dalam setiap aspek kehidupan di Mempawah. Ini sebagai bentuk penghargaan darma bakti atas jasa-jasa dan pengorbanan mereka,” ujar Sumarni.
Puncak Festival Robo-Robo adalah Makan Syafar di halaman Istana Raja I. Selanjutnya, rombongan pergi ke Muara Sungai dengan peserta kirab acara.
Prosesi ini berlangsung sampai pukul 12.00 di Muara Kuala Mempawah, Kecamatan Mempawah Timur. Biasanya akan ada semacam larung sesaji, salah satunya berupa telur ayam kampung.
Menurut Kabid Pemasaran Area III Pemasaran I Regional II Kemenpar, Sapto Haryono, Festival Robo-Robo mampu mempererat ikatan silaturahmi, khususnya antara para raja, ratu, sultan, pemangku adat, dan kepala suku, dengan semua komponen anak bangsa.
“Dengan Festival Robo-Robo, saya berharap semua komponen anak bangsa dapat menjunjung nilai-nilai luhur adat istiadat dan agama dalam kehidupan berbangsa dan bernegara,” ujarnya.
Menteri Pariwisata, Arief Yahya, menyambut baik tampilnya budaya dalam event ini. Menpar menuturkan, budaya menjadi salah satu alasan wisatawan mau liburan ke suatu daerah, sehingga harus dilestarikan. Semakin dilestarikan, budaya akan semakin memiliki nilai ekonomis, sehingga laku dijual untuk turis mancanegara.
Ia mendorong agar para penggiat kebudayaan mampu menghasilkan daya kreasi yang bernilai komersil tinggi.
“Yang terpenting, budaya harus terus dilestarikan. Semakin dilestarikan, akan makin mensejahterakan,” tegasnya.