Suara.com - Pesawat milik maskapai Lion Air dengan nomor penerbangan JT 610 rute Jakarta - Pangkal Pinang dinyatakan hilang pada Senin (29/10/2018), sekitar pukul 6.33 WIB. Tak lama kemudian, pesawat Lion Air berjenis Boeing 737 MAX 8 itu dipastikan jatuh di perairan Tanjung Karawang, Jawa Barat.
Tim SAR pun masih terus melakukan pencarian terhadap pesawat yang memuat 178 penumpang dewasa, 1 penumpang anak-anak, dan 2 bayi dengan 2 Pilot ini.
Dengan kondisi pesawat jatuh di atas lautan, berapa lama kira-kira penumpang dan awak pesawat bisa bertahan hidup di laut lepas? Dilansir dari laman LiveSciene, peluang penumpang untuk bertahan hidup pada kecelakaan yang terjadi di lautan ternyata sangat besar.
Menurut Badan Keselamatan Transportasi Nasional Amerika Serikat (NTSB), peluang hidup penumpang pesawat yang jatuh ke laut lepas mencapai 95 persen. Tentu saja peluang ini tergantung dari usaha yang dilakukan para penumpang ketika berada di pesawat, seperti menggunakan sepatu dan pakaian yang tepat.
Baca Juga: Uya Kuya Ungkap Kondisi Nikita Mirzani Usai Masuk Rumah Sakit
"Bayangkan harus melarikan diri dari pesawat yang terbakar, jika anda memakai sepatu berhak tinggi, apakah Anda bisa bergerak cepat menyelamatkan diri?" ujar Cynthia Corbett, pakar keselamatan udara di Federal Aviation Administration (FAA).
Penelitian juga telah mengungkap bahwa orang yang duduk di belakang sayap memiliki peluang 40 persen lebih besar untuk bertahan hidup daripada penumpang di bagian depan pesawat. Selain itu, penumpang yang duduk di kursi dekat lorong keluar juga lebih besar peluangnya untuk menyelamatkan diri ketika terjadi kecelakaan.
"90 detik pertama setelah kecelakaan adalah momen paling penting. Jika Anda dapat tetap tenang dan keluar dari pesawat dengan cepat, peluang Anda untuk bertahan hidup jauh lebih besar," tambah Cynthia.
Laporan dari NTSB menyatakan bahwa kepanikan saat terjadi kecelakaan juga memengaruhi peluang bertahan hidup. Menurut mereka, penumpang yang panik kesulitan untuk membuka sabuk pengaman mereka sehingga peluang untuk menyelamatkan diri menjadi lebih rendah.
"Itulah mengapa penting untuk mengetahui apa yang harus dilakukan, bahkan tanpa perintah pramugari," tambah dia.
Baca Juga: Tips Aman Naik Pesawat Bersama Bayi dan Balita
Di dalam air, seseorang yang tidak bisa berenang atau memakai jaket pelampung akan menjadi lelah dalam hitungan jam, terutama di air dingin. Hiu dan hewan air lainnnya juga dapat menjadi ancaman, meskipun kasusnya sangat jarang.
Masalah yang lebih serius adalah hipotermia, di mana hal ini merupakan kondisi mematikan yang dapat terjadi di dalam air dengan suhu 16 derajat. Dalam suhu ini, tubuh harus menyesuaikan diri dengan suhu air yang lebih dingin dari suhu tubuh. Gejala hipotermia sendiri dapat berupa detak jantung melemah dan tekanan darah menurun. Tidak hanya itu, otot tubuh pun akan mengalami kontraksi untuk menghasilkan panas.
Sedangkan penderita hipotermia moderat, detak jantung dan respirasi akan melemah, hingga dalam satu menit kita hanya mampu bernapas sebanyak 3-4 kali. Penderita akan mengalami kedinginan yang tak tertahankan, apalagi jika tubuhnya dalam keadaan basah. Hal inilah yang menyebabkan kematian.