Festival Irau Malinau 2018 Jadi Ajang Budaya Suku Dayak

Minggu, 28 Oktober 2018 | 12:00 WIB
Festival Irau Malinau 2018 Jadi Ajang Budaya Suku Dayak
Festival Budaya Irau Malinau (FBIM) 2018. (Dok: Kemenpar)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Alai Intulud diterapkan dalam prosesi pernikahan adat dan meringankan beban musibah.

Dayak Tidung juga mengajukan budaya Timug Pensalui. Secara harfiah artinya "air pendingin" atau penawar. Memakai daun pandan, Timug Pensulai dilakukan dengan memercikan air ke telapak tangan dan lengan.

Air ini sebelumnya diberi doa. Budaya lainnya adalah Topong Amas atau berukur dengan emas. Aktivitas ini biasanya dikaitnya dengan cita-cita dan harapan yang terkabul.

Warisan Budaya Tak Benda Indonesia lain yang diajukan berupa Ntukola. Atau, ‘penolakan’ secara halus atas sajian kuliner yang diberikan.

Baca Juga: Kemenpar Nyatakan Siap Rebut Pasar Wisatawan Milenial

Caranya, menyentuh bibir dengan telunjuk baru leher. Budaya ini harus dilakukan, masyarakat Dayak sangat percaya kepada kepunan atau musibah.

“Kami terus memperjuangkan beberapa budaya agar dapat Warisan Budaya Tak Benda Indonesia. Hal ini penting, karena menjadi bentuk identitas kami. Apalagi kami memiliki kekayaan budaya yang sangat besar,” jelasnya lagi.

Dalam FBIM 2018, 2 rekor MURI kembali dipecahkan, yaitu rekor Kelantung. Dayak Tidung, yang menampilkan 2018 Kelantung dengan ukuran antara 0,4 m hingga 1 m. Bahan bakunya, diantaranya kayu betangar, bayur, kalimpepa, hingga bita.

Festival Budaya Irau Malinau (FBIM) 2018. (Dok: Kemenpar)
Festival Budaya Irau Malinau (FBIM) 2018. (Dok: Kemenpar)

Rekor MURI lainnya adalah Bepupur, atau lebih familiar dengan sebutan Bekasai. Aktivitas ini dilakukan oleh 200 orang. Mereka membubuhi wajah dan badan dengan bedak cair dingin.

Bepupur terbuat dari ramuan beras, kencur, kunyit, dan daun pandang. Fungsinya adalah menahan temperatur cuara panas Borneo. Makna lain, sebagai bentuk pensucian diri melalui tradisi budaya.

Baca Juga: Kemenpar Minta Media Sebarkan Optimisme Pariwisata Indonesia

Menteri Pariwisata, Arief Yahya, memberikan acungan jempol dengan beragam sajian budaya keren Suku Dayak di Malinau.

“FBIM-9 ini luar biasa. Ada banyak inpirasi yang mereka berikan. Mereka sangat kaya dengan budaya. Sudah sepantasnya kekayaan mereka ini diakui dan dilindungi, sebab inilah komoditi pariwisata yang menjanjikan. Ada banyak manfaat. Bukan hanya pelestarian budaya, tapi ada value berupa ekonomi,” tutur menteri yang sukses membawa Kemenpar No. 1 dan terpilih sebagai #TheBestMinistryOfTourism2018 se-Asia Pasifik di Bangkok ini.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI