Di depan jirah tersebut, terdapat kulit kerang yang mengilat. Belum lagi balutan topi bersarang bulu burung enggang dan mandau yang diikat di pinggang.
Meski bobotnya bisa mencapai 10 kg, semua tetap terlihat lincah bergerak.
Asisten Deputi Regional II Kemenpar, Sumarni, juga ikutan berkomentar. Menurutnya, adanya tarian Hudoq tersebut sebagai ucapan syukur juga mendekatkan diri pada yang kuasa.
" Originalitas setiap daerah salah satunya budaya. Ini merupakan potensi unggul untuk menjadi destinasi wisata. Apalagi Hudoq untuk Dayak Bahau di Mahakam Ulu biasa diadakan pada saat usai menugal (menanam padi gunung, Red). Harapannya, padi tumbuh dengan subur dan terhindar dari segala hama, sehingga hasil panen berlimpah,” katanya, yang diamini Kabid Pemasaran Area III Pemasaran I Regional II Kemenpar, Sapto Haryono.
Baca Juga: Kemenpar: NTB Bangkit Jadi Misi Wonderful Indonesia ke Singapura
Menpar, Arief Yahya, menyambungnya dengan mengangkat emoji tiga jempol. Baginya, Mahakam Ulu sudah berada di jalur yang benar, karena mengarah ke kecenderungan tren dunia.
“Masuknya Tarian Hudoq ke dalam Rekor MURI sangat bagus. Budaya itu makin dilestarikan, makin mensejahterakan. Terus kemas dengan standar internasional agar menjadi daya tarik wiatawan,” ujarnya.