Suara.com - Ubud Writers & Readers Festival (UWRF 2018) resmi dimulai, Rabu (24/10/2018). Di hari pertamanya, UWRF menayangkan film dokumentasi perjalanan Chaplin pada 1932, berjudul Chaplin in Bali.
Pemutaran film ini didukung Balinale-Bali International Film Festival.
Susah rasanya untuk percaya komedian kelas dunia, Charlie Chaplin, pernah berkunjung ke Indonesia. Tapi ternyata benar, Charlie pernah jadi turis di Bali.
Hal itu terjadi pada 1932, ketika dunia dilanda depresi ekonomi, yang juga disebut Malaise.
Baca Juga: 160 Pembicara dari 30 Negara Siap Ramaikan UWRF 2018 di Bali
"Orang Indonesia biasa menyebutnya zaman 'meleset'. Banyak orang kehilangan pekerjaan, perusahaan gulung tikar dan angka kejahatan meningkat, tapi Chaplin yang pernah miskin di London pada pergantian abad XIX ke XX itu, justru berlibur," ujar Manajer Umum UWRF, Kadek Sri Purnami.
Kunjungan Chaplin ke Bali menjadi bagian dari sejarah. Chaplin datang ke Indonesia via Surabaya. Ia dan kakaknya menuju Singaradja, Bali, pada 4 April 1932.
"Saat itu, mereka sedang berlibur di Hindia Belanda dan menghentikan kegiatan berkeseniannya selama beberapa waktu," ujarnya.
Kunjungan komedian dunia yang sangat kesohor itu menjadi kehormatan bagi Bali. Apalagi saat itu Bali belum terlalu berkembang sebagai tempat wisata, belum ramai seperti sekarang.
Pada dekade 1930-an, Bali mulai dilirik sebagai tempat kesenian. Bali mulai dikenal dunia karena orang kulit putih di sana mulai memperkenalkan seni Bali ke seluruh dunia.
Salah satunya oleh Walter Spies atau Rudolf Bonnet.
Di film itu, Chaplin menginap di Bali Hotel, Denpasar. Chaplin langsung jatuh cinta dengan Bali.
Ia menunda perjalanannya kembali ke Surabaya, yang semula 10 April menjadi tanggal 17.
Chaplin tampak menikmati suguhan gamelan dan tarian Bali. Wujud kesenangan Chaplin lainnya adalah dengan mengadakan pemutaran film-filmnya di Denpasar untuk menghibur orang Bali.
Menteri Pariwisata, Arief Yahya juga ikut merespons kegiatan ini. Menurutnya, UWRF tidak hanya turut mempromosikan destinasi wisata, tapi juga mengungkap sejarah Bali yang digemari tokoh internasional sejak lama.
“Saya yakin, film Chaplin in Bali dapat menjadi inspirasi bagi para wisatawan. Hal ini juga membuktikan kekuatan seni dan budaya Bali, juga keindahan alamnya, sudah mendunia sejak lama," ujarnya.
UWRF masih akan berlangsung hingga 28 Oktober 2108. Perhelatan sastra terbesar di Asia Tenggara akan dihadiri 180 pembicara dari 30 negara.
Dengan tema "Jagadhita: The World We Create Kadek", perhelatan ini digelar di 40 lokasi di Ubud. Di sini akan ada 70 topik pembahasan.
UWRF 2018 akan menyuguhkan 100 program yang terdiri pemutaran film, peluncuran buku, dan pameran kesenian.
"Bali memang luar biasa. Sebagai World Best Destination 2017 versi TripAdvisor, Bali selalu hadir memberikan inspirasi bagi dunia, seperti halnya UWRF 2018 ini," pungkasnya.