“Menurut cerita, memainkan angklung akan memikat dewi padi untuk turun ke Bumi, dan sang dewi akan memberikan keberkahan pada tanaman padi, supaya subur dan berpanen melimpah,” ujarnya, menjelaskan filosofi angklung.
Di Kabupaten Kuningan sendiri, angklung berkembang sejak 1938. Salah satu sosok yang berjasa memperkenalkan angklung di Kuningan adalah Daeng Soetigna.
Banyak eksperimen yang dilakukannya, agar angklung dapat dikenal masyarakat. Ia pun berupaya agar alat musik ini dipentaskan dan dikembangkan di Bumi Priangan.
Perjalanan panjang angklung mendasari pemilihan tema untuk acara International Angklung Festival 2018, yaitu ‘Handaru Juang, Naratas Lambaran Sajarah'. Untuk memperkuat kesan sejarah, Gedung Perundingan Linggarjati dipilih sebagai lokasi.
Baca Juga: 7 Rekor MURI Tercipta di Festival Budaya Irau Malinau 2018
“Seperti halnya angklung, Gedung Perundingan Linggarjati juga mempunyai nilai sejarah. Gedung ini menjadi bagian dari perjalanan sejarah kemerdekaan Indonesia. Oleh karenanya, kegiatan ini juga akan menjadikan Gedung Perundingan Linggarjati sebagai ikon wisata sejarah Jawa Barat. Kita berharap, hal ini bisa menumbuhkan semangat nasionalisme pada masyarakat, khususnya di Kabupaten Kuningan,” terang Wawan.
Menteri Pariwisata, Arief Yahya, sangat mendukung pelaksanaan event ini. Apalagi, angklung adalah kebudayaan asli Indonesia yang sudah mendapatkan pengakuan UNESCO.
“Event International Angklung Festival 2018 akan mempertegas posisi angklung sebagai warisan budaya Indonesia. Warisan yang sudah diakui dunia melakui UNESCO. Lebih dari itu, value yang akan dihadirkan juga bagus, karena angklung adalah alat musik nomor satu di Sunda. Jangan sampai event ini terlewat, karena banyak penampilan menarik di sana,” katanya.