Suara.com - Di tengah krisis ekonomi yang mencekik dunia, kawasan Timur Tengah boleh jadi punya cerita berbeda, terutama bagi desainer lokal Indonesia.
Meski tak semua, tapi beberapa negara di kawasan Timur Tengah seperti Kuwait, UEA, Qatar, dan Arab Saudi telah bertransformasi dari negara yang konservatif menjadi negara yang lebih terbuka, menjadikannya pasar mode yang menjanjikan.
Hal tersebut diamini oleh dua desainer Indonesia yaitu Peggy Hartanto dan Toton Januar. Ditemui Suara.com dalam ajang Jakarta Fashion Week 2019, baik Peggy Hartanto maupun Toton tidak menapik kalau kawasan Timur Tengah adalah pasar mode yang dinamis.
"Salah satu store tebesar (Peggy Hartanto) ada di Saudi Arabia. Desain baju di sana memang dibuat lebih longgar versi lebih tertutup tapi juga lebih vibrant," kata desainer Peggy Hartanto kepada Suara.com disela-sela event JFW 2019, di Jakarta, Minggu, (21/10/2018).
Peggy Hartanto, yang sudah cukup lama masuk ke pasar Timur Tengah mengatakan bahwa pasar di sana cenderung lebih senang dengan warna-warna yang meriah.
Senada dengan Peggy Hartanto, desainer lokal lain, Toton Januar, mengatakan kepada Suara.com kalau perempuan Timur Tengah cenderung lebih berani bereksperimen dengan mode.
Biasanya, kata Toton Januar, perempuan-perempuan tersebut akan 'memamerkan' pakaian terbaiknya bila dalam lingkungan sesama muhrim terutama bila pakaian-pakaian tersebut didesain cenderung terbuka.
"Jangan salah, mereka lebih berani. Perempuan Timur Tengah yang berhijab dan pakai abaya, tapi benar seperti dalam film Sex and The City yang (berlatar) di Abu Dhabi, di balik hijab dan jubah, mereka memakai baju desainer," kata Toton.