Komunitas Garda Pangan, si Pengawal Makanan Agar Tak Mubasir

Sabtu, 20 Oktober 2018 | 10:02 WIB
Komunitas Garda Pangan, si Pengawal Makanan Agar Tak Mubasir
Komunitas Garda Pangan. (Foto: Dok. Garda Pangan)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Betapa mulia kegiatan yang dilakukan Komunitas Garda Pangan. Bagaimana tidak, mereka memiliki program mendistribusikan makanan berlebih atau makanan sisa yang layak konsumsi agar bisa dinikmati oleh orang-orang tak mampu, sehingga tidak ada makanan yang terbuang percuma alias mubasir.

Persoalan makanan layak konsumsi yang tersedia berlebihan baik dari restoran, katering atau hotel sehingga kerap berakhir di tempat sampah, mungkin masih sangat jarang yang memedulikannya. Padahal masih banyak masyarakat yang harus menahan lapar, karena tak mampu membeli makanan.

Kondisi inilah yang membuat Eva Bachtiar, Dedhy Bharoto Trunoyudho, dan Indah Audivtia tergerak untuk mendirikan Komunitas Garda Pangan.

Sesuai namanya, 'garda', komunitas ini ingin mengawal makanan sisa yang tak habis terjual di restoran, hotel, hingga katering dan masih layak dikonsumsi agar tak berakhir di tempat pembuangan.

Baca Juga: Ini Pentingnya Masyarakat dalam Pengendalian Perubahan Iklim

Eva, salah satu pendirinya menceritakan, Garda Pangan berperan untuk mendistribusikan makanan berlebih dari restoran hingga perhotelan ke kelompok masyarakat prasejahtera yang tinggal di Surabaya.

"Jadi, dua founder lainnya yaitu Mas Dedhy dan Mba Indah punya usaha katering. Mereka merasakan betul habis event wedding banyak makanan yang nggak ke makan. Di Indonesia memang masyarakatnya masih tinggi gengsi kalau bikin acara pernikahan harus dilebihkan porsinya, karena kalau kurang nanti diomongin, di satu sisi banyak makanan terbuang," ujar Eva pada Suara.com belum lama ini.

Begini aksi bagi-bagi makanan berlebihan yang dilakukan Komunitas Garda Pangan kepada masyarakat prasejahtera. (Foto: Dok. Garda Pangan)
Begini aksi bagi-bagi makanan berlebihan yang dilakukan Komunitas Garda Pangan kepada masyarakat prasejahtera. (Foto: Dok. Garda Pangan)

Selain memunculkan ironi di tengah masyarakat yang serba kekurangan, makanan sisa ini juga bisa berdampak pada lingkungan.

Eva menjelaskan sampah makanan yang bertumpuk di permukaan tanah dapat mengeluarkan gas metana yang 23 kali lebih berbahaya dibanding karbondioksida. Gas ini juga merupakan salah satu penyumbang emisi rumah kaca.

"Idealnya memang setiap kota punya food bank. Jadi, makanan sisa namun layak konsumsi dari segi kualitas, bisa didistribusikan sehingga tidak menjadi sampah yang pada gilirannya merusak lingkungan juga," jelasnya.

Baca Juga: The Minions Pastikan 1 Wakil Indonesia di Final Denmark Open 2018

Komunitas Garda Pangan yang didirikan sejak 2017 ini pun memulai kegiatannya dengan menjalin kerjasama dengan industry hospitality. Hingga kini Komunitasb Garda Pangan sudah rutin mengmpulkan makanan berlebih dari tiga restoran, tiga toko roti, satu pasar organik, dan satu katering, dan festival kuliner.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI