Di dalam benteng terdapat Museum La Galigo. Museum ini memotret perkembangan budaya Kota Anging Mammiri.
Ada juga Gedung Kesenian di zona C. Gedung ini punya beberapa terowongan bawah tanah. Satu terowongan pun diklaim terhubung ke Karebosi sejauh 0,5 km.
Pada zona N, terdapat bekas ruang pengasingan Pangeran Diponegoro. Di ruangan terdapat dua pintu melengkung besar dan kecil.
Pintu kecil hanya bisa dilewati sembari membungkukan badan. Selain itu, Fort Rotterdam ini juga memiliki kisah unik, sebab sisi luar bangunan benteng adalah peninggalan Kerajaan Gowa-Tallo.
Baca Juga: Makassar International Eight Festival Suguhkan Keragaman Budaya
Belanda sukses mengambil alih benteng, yang juga disebut Benteng Panyyua (penyu). Melalui perjanjian Bungayya, Belanda memaksa Kerajaan Gowa menyerahkan benteng tersebut.
“Nilai historis benteng ini sangat besar. Bangunannya juga terawat dengan sangat bagus. Sembari menikmati F8, Anda harus berkunjung ke Fort Rotterdam,” terang Esthy lagi.
Selain Fort Rotterdam, Kota Anging Mammiri memiliki Benteng Somba Opu. Benteng ini merupakan peninggalan Kesultanan Gowa, yang dibangun Raja Gowa ke-9 pada abad 16.
Situs sejarah ini ditengarai sebagai pusat pemerintahan Kerajaan Gowa. Sekarang, benteng ini berada di Jalan Daeng Tata, Makassar. Selain itu, kota ini juga memiliki Makam Pangeran Diponegoro.
Makam Pangeran Diponegoro ini berada di pusat kota Makassar, tepatnya di Kampung Melayu Makassar. Destinasi lain yang ditawarkan Kota Anging Mammiri adalah Museum Kota Makassar, di Jalan Balaikota No. 11.
Bangunan ini menjadi venue terbaik. Museum ini ideal untuk mengenal Makassar lebih detail. Kota ini juga memiliki kompleks Makam Raja-Raja Tallo dan Monumen Mandala.