Suara.com - Sejumlah atraksi budaya mulai tampil di Makassar International Eight Festival and Forum 2018, atau yang lebih dikenal dengan F8. Salah satunya, Tari Nagari Lan-Utama asal DI Yogyakarta.
Tari Nagari Lan-Utama tampil pada hari kedua F8, Kamis (12/10/2018) malam, di Pantai Losari, Makassar. Tari Nagari Lan-Utama menjadi representasi Keraton Ngayogyakarta Hadinigrat.
“Kehadiran kami sebagai bagian branding pariwisata Sleman. F8 ini luar biasa. Animo pengunjungnya sangat tinggi, dan Tari Nagari Lan-Utama ini simbol kekayaan yang dimiliki wilayah Yogyakarta secara umum. Ada banyak konsep yang kami adopsi dari beragam budaya dan simbol Keraton Yogyakarta,” ungkap Sutradara dan Penata Tari Nagari Lan-Utama, Anang Wahyu Nugroho, Kamis (12/10/2018).
Pengambilan nama tarian didasarkan pada filosofi arah mata angin. Posisi Sleman berada di sisi utara keraton.
Arah utara lebih diutamakan dalam penunjuk arah. Simbol arah ini pun dimunculkan dalam kompas. Jadilah posisi utara diadopsi sebagai label tarian yang dimunculkan dalam kata "utama".
Selain itu, Tari Nagari Lan-Utama mengekplorasi semua unsur kekayaan yang dimiliki Yogyakarta. Ada representasi dari unsur Bumi sebagai gambaran Yogyakarta sebagai "Nagari". Bumi menjadi simbol kehidupan dengan visualisasi Kayon atau Gunungan Wayang. Kayon sekaligus menjadi pengantar show Tari Nagari Lan-Utama.
“Ada banyak simbol dari Yogyakarta yang kami ambil. Semuanya ini ditampilkan dalam properti dan gerakan tarian. Intinya, posisi Keraton Yogyakarta ini sebagai ‘pancer’ atau pusat dari semua. Wilayah ini juga sangat kaya dan subur. Potensi alam dan budayanya sangat luar biasa,” katanya.
Simbol lain yang ditampilkan adalah properti berupa 2 karakter naga. Naga ini disimbolkan ‘Sengkala Memet’ atau gambaran dari tahun.
Pesan ini sebagai gambaran tahun pertama keraton berdiri. Sengkala Memet biasanya terdapat di atas ‘Regol’ atau gerbang utama.
Anang lalu menambahkan, gerakan tarian secara detail menjadi rangkuman beragam kekayaan 5 kabupaten/kota di Yogyakarta.
Baca Juga: F8 Tampilkan Solidaritas pada Difabel dan Korban Gempa Palu
“Kekuatan keraton disempurnakan dengan beragam gerakan tarian, sebab semua wilayah Yogyakarta memiliki ciri khas keseniannya masing-masing. Potensi-potensi ini juga kami tangkap sekaligus semakin memperkaya gerakan tarian,” terangnya.
Menguatkan warna Sleman, potensi lain juga ditampilkan. Ada Salak Pondoh dan Batik Sinom Parijotho.
Tari Nagari Lan-Utama diperkuat 12 penari, 1 penata musik, dan 5 pemusik. Para penari memiliki background dari kalangan akademisi.
Mereka adalah mahasiswa ISI dan UNY, lalu ada juga pelajar SMKI Yogyakarta plus SMU yang memiliki basic tari.
“Mereka memiliki basic tari kuat. Namun, kami tetap berlatih selama sebulan. Kami sangat berharap, sajian ini bisa dinikmati publik F8,” kata Anang lagi.
Atraksi budaya juga diberikan Solok, Sumatera Barat. Mereka ini menampilkan Tari Marancah. Kombinasi tari rancak dipadukan dengan alunan lagu ‘Dendang Marancah’. Aksi mereka juga mendapat apresiasi dari publik F8.
Ketua Sanggar Alang Bangkeh Art Production Solok, Zulfikar Rizki Ananda, menjelaskan, filosofi besar ingin disampaikan kepada publik melalui tarian ini.
“Marancah merupakan perpaduan tarian dan nyanyian. Garis besarnya, tarian ini bercerita perjuangan muda/mudi Minangkabau untuk menggapai cita-citanya. Simbolisasinya melalui properti yang dipakai,” tutur Zulfikar.
Tari Marancah memakai properti piring dan lilin. Aksi semakin memikat dengan permainan api. Piring dan lilin menjadi gambaran kehati-hatian dalam meraih cita-cita. Penari pria melambangkan kekuatan, semangat, dan kreativitas. Aksi menginjak pecahan kaca dan permainan api menjadi simbol berserah diri kepada Tuhan.
“Tarian ini bercerita bagaimana meraih cita-cita. Di balik usaha yang dilakukan, tetap ada unsur Tuhan. Sembari berusaha, muda/mudi Minangkabau tetap berdoa dan berserah diri,” ujarnya lagi.
Tari Marancah ini dibawakan oleh 6 penari dan 8 pemusik. Mereka berasal dari sanggar tari di wilayah Solok.
Staf Ahli Menteri Bidang Multikultural, Esthy Reko Astuty, mengacungkan jempol untuk pelaksanaan F8 tahun ini.
“F8 benar-benar membagikan inspirasi. Panggung besarnya menambah pengetahuan dan exprience baru bagi pengunjung. Ada banyak pesan moral terbaik yang disampaikan, selain simbolisasi dari kekayaan budaya daerah. F8 ini memang luar biasa,” ujar Esthy.
Dukungan yang sama disampaikan Asisten Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran I Regional III Kemenpar, Ricky Fauzi.
“Selalu ada pengetahuan dan kejutan baru yang ditawarkan F8. Inilah daya tarik terbaik dari festival ini. Pastikan Anda berada di F8. Festival ini masih memiliki banyak kejutan. Ada aksi ADA Band dan PADI Reborn di closing ceremony nanti,” katanya.
Pelaksanaam F8 diwarnai juga dengan aksi peduli sosial untuk korban bencara Palu-Donggala-Sigi. Kali ini donasi Rp 38 Juta diberikan Persatuan Penulis Nasional Malaysia.
Selain itu, Pemerintah Kota Makassar juga mendonasikan Rp1 miliar bagi para korban bencara. Malam kedua festival ditutup aksi Virzha.
Ada 10 hits yang disajikan, seperti Siti Nurbaya, Aku Lelakimu, Kangen, dan Separuh Napas.
“Apresiasi bagi F8. Dengan kekuatan atraksinya, festival ini selalu dibanjiri banyak pengunjung. Kami ini gembira karena semua bisa berbagai kegembiraan di sana. Mereka juga bisa belajar banyak dari pesan-pesan yang disampaikan. Tetap enjoy F8,” tutup Menteri Pariwisata Arief Yahya yang sukses membawa Kemenpar No. 1 dan terpilih sebagai #TheBestMinistryTourism2018 se-Asia Pasifik di Bangkok.