Suara.com - Mengelilingi Indonesia Pavilion yang dihadirkan Kementerian BUMN di Annual Meeting IMF-WB 2018, Nusa Dua Bali, pengunjung tak hanya dapat menikmati ragam karya seni dan kerajinan tangan khas Indonesia, tetapi juga bisa mencicipi berbagai jenis teh premium buatan Indonesia yang diluncurkan oleh Teh Sila.
Teh Sila yang merupakan UMKM binaan BUMN punya beragam jenis teh asli dari Indonesia yang memiliki aroma dan rasa khas dengan keunikannya masing-masing. Levare Black Tea misalnya, memiliki aroma yang bisa membuat penikmatnya merasa rileks dan tenang, sedangkan Silver Needle, aromanya bikin penikmatnya merasa bahagia dan damai.
“Teh Sila sudah meluncurkan 11 jenis teh, tetapi kini ditambah lagi dengan tiga jenis teh terbaru, sehingga totalnya menjadi 14 jenis teh,” jelas pemilik sekaligus pendiri Tea Sila House, Iriana Ekasari.
Dari sekian banyak jenis teh yang diluncurkan, lanjut dia, Silver Needle yang merupakan white tea-nya Sila, paling banyak digemari konsumen. Jenis tehnya ini, kata Iriana, pernah menjuarai kompetisi teh di Perancis.
Baca Juga: Komunitas Pita Tosca, Wadah Edukasi Kesehatan Tiroid di Indonesia
“Keistimewaan dari Silver Needle, tak hanya nikmat dan memiliki aroma yang khas, tetapi juga tinggi antioksidan, sehingga sangat tepat untuk gaya hidup sehat,” jelasnya sambil menunjukkan jenis teh yang dimaksud.
Tak hanya Silver Needle, Sila Tea House punya jenis teh lainnya yang juga best seller, di antaranya Rose Tea, Green Tea dan Lemongrass Black Tea. Untuk harga, kata Iriana, bervariasi, karena disesuaikan dengan grade tehnya.
White Tea yang merupakan jenis teh paling langka misalnya, kemasan cannister, isi 45 gram dibanderol Rp 175,000, sedangkan kemasan mini pouch, isi 10 gram, Rp 45,000. Untuk
Lemongrass Black Tea kemasan canister isi 100 gr, harganya Rp 90,000, dan Levare Black Tea mini pouch, isi 25 gram, seharga Rp 25,000.
Ketertarikan Iriana memproduksi teh premium asli Indonesia, dilatarbelakangi dari keprihatinannya terhadap masyarakat Indonesia yang kebanyakan hanya menikmati teh dengan kualitas rendah.
“Teh yang biasa dikonsumsi masyarakat Indonesia bukan teh premium, karena sebagian besar rasanya pekat dan mengandung pewarna. Berbeda dengan teh premium yang rasanya tidak terlalu pekat, tidak mengandung pewarna dan pengawet,” ungkap Iriana, yang juga anggota Dewan Teh Indonesia (DTI) ini.
Baca Juga: Cantiknya Cassandra Lee Liburan di Kelingking Beach, Bali
Padahal, menurut dia, Indonesia merupakan salah satu negara pengekspor teh terbesar di dunia dengan kualitas terbaik, tetapi masyarakatnya justru tidak pernah merasakan nikmatnya teh premium.
“Kita ini negara ke-7 terbesar pengekspor teh dunia, tapi teh berkualitas tingginya lebih banyak dinikmati masyarakat luar negeri dan kaum high end,” bebernya.
Berangkat dari keprihatinan itulah, Iriana bersama putranya, Redha Taufik Ardias, berupaya mengenalkan teh-teh premium khas Indonesia lewat Sila Tea house, agar masyarakat bisa
benar-benar memahami tentang teh berkualitas dan mulai mengonsumsinya.
“Sila Tea House sendiri menghadirkan teh kelas spesial yang menggunakan daun-daun teh dari kebun PTPN dan kebun rakyat. Teh Sila menetapkan standar dan edukasi tentang kualitas, lalu memilih sesuai kriteria mutu yang diharapkan. Setelah itu barulah diracik sesuai kebutuhan konsumen,” urai Redha yang menjabat sebagai Marrketing Manager Sila Tea House merinci.
Edukasi mengenai pentingnya mengonsumsi teh premium, sambung Iriana, memang menjadi komitmennya, karena teh kualitas terbaik bukan saja memiliki rasa yang lebih nikmat, tetapi
juga bermanfaat bagi kesehatan tubuh. Oleh karena itulah ia berharap ke depannya akan semakin banyak orang memilih teh premium.
“Kami ikut hadir di Indonesia Pavilion pun merupakan upaya untuk mengedukasi masyarakat sekaligus membuka peluang bagi pemasaran teh premium Indonesia di masa datang, bahkan
sudah ada pula beberapa hotel yang minta kami datang ke tempat mereka, tapi belum sempat kami penuhi,” ungkapnya bangga.