Suara.com - Melajang telah menjadi pilihan hidup dan bukan lagi soal nasib, demikian kata survei terbaru. Survei yang dilakukan perusahaan Tinder dan konsultan Morar HPI terhadap 1.000 remaja berusia antara 18 hingga 25 tahun, ditemukan fakta bahwa 72 persen dari responden membuat keputusan sadar untuk tetap melajang.
"Status lanjang memberi orang muda rasa petualangan, kemandirian, dan berdaya. Sebagian besar orang dewasa muda setuju bahwa menjadi lajang akan menguntungkan mereka di luar kehidupan romantis mereka," tulis penelitian tersebut.
Selain itu, 39 persen peserta percaya bahwa masuk ke dalam hubungan serius akan sangat membosankan. Pada survei yang sama dijabarkan, 61 persen perempuan lajang dan 46 persen lelaki merasa khawatir akan menetapkan hubungan sebagai prioritas yang salah.
Maka alih-alih pusing soal hubungan, mereka malah menempatkan pekerjaan dan pendidikan di atas hubungan dengan 45 persen responden memilih untuk tetap melajang dan fokus pada karir, dan 41 persen lainnya menempatkan energi mereka untuk belajar atau mendapatkan gelar.
Baca Juga: Biarkan Anak 10 Tahunnya Buat Tato, Si Ibu Harus Sesalkan Ini
Selain hal-hal tersebut, hasil survei juga dipengaruhi oleh data perceraian terbaru di Amerika Serikat. Sebuah studi pada September lalu menemukan bahwa tingkat perceraian di AS turun 18 persen antara 2008 dan 2016 karena turunnya angka pasangan muda yang menikah.
"Kami melihat orang menikah pada usia yang lebih tua, orang yang sudah menikah dengan gelar sarjana. Mereka cenderung sudah bercerai atau memiliki anak ketika mereka menikah, keduanya merupakan faktor risiko perceraian," ucap profesor dari The University of Maryland, Philip Cohen kepada The Post. Jadi, stop bertanya pada orang-orang di sekitarmu kenapa ia masih melajang, ya.