Sederet Kasus Gara-Gara Pertanyaan Kapan Nikah

Ade Indra Kusuma Suara.Com
Kamis, 11 Oktober 2018 | 10:33 WIB
Sederet Kasus Gara-Gara Pertanyaan Kapan Nikah
Bosan ditanya kapan nikah, Lulu Jamima, Mahasiswi Oxford ini pilih menikahi diri sendri [Lulu Jemimah via Go Fund Me]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Tahukah Anda seberapa bahayakah pertanyaan "kapan nikah?" Pertanyaan ini memang menjadi salah satu pertanyaan kerap dihindari seseorang selain "gaji berapa?”, lalu ketika Anda menikah lama belum dikaruniai keturunan, ditanya juga "kapan punya momongan?" pertanyaan-pertanyaan sensitif seperti ini kadang tak pernah absen dilontarkan dalam acara temu keluarga sepeti arisan, Lebaran, dan lain-lain.

Psikolog Erna Marina Kusuma M.Psi. C. Ft mengatakan jika terlalu sering menerima pertanyaan "kapan nikah?", ini bisa jadi beban pikiran buat para jomblo dan bisa berujung stres.

Pertanyaan "kapan nikah?" sejatinya tidak sopan, namun karena sering dilakukan, jadi dianggap wajar.

“Masyarakat kita selalu mengajarkan sopan santun, tapi soal pertanyaan kapan nikah, itu seperti ada pembiaran untuk hal-hal yang sudah jadi kebiasaan,” seru Erna saat dihubungi Suara.com, Kamis (11/10/2018) melalui Whatsapp.

"Ketika bersosialisasi maka perlu kita ketahui bagaimana membuka percakapan atau pertanyaan kepada orang lain. Pertanyaan yang bersifat pribadi seperti meengenai kapan menikah kerja dimana gaji berapa itu merupakan hal hal yang tidak etis untuk di tanyakan karena bersifat pribadi. Umunya orang yang suka bertanya seperti itu mempunyai ambisi atau tujuan tertentu dengan pertanyaannya," lanjut Erna.

Menurut Erna, pertanyaan 'kapan menikah?' memunculkan reaksi positif dan negatif. Reaksi positif ditandai dengan sikap tak ambil pusing, sedangkan, reaksi negatif biasanya ditandai dengan emosi seperti marah atau kesal.

Berikut sederet kasus gara-gara pertanyaan "kapan nikah?"

Inspirasi film

Jika diambil positif, pertanyaan "kapan nikah" sempat menjadi inspirasi sutradara Ody C. Harahap membuat film berjudul Kapan Kawin? pada 2015.

Baca Juga: Luis Milla Belum Juga Datang, Ini Penjelasan PSSI

Menikah dengan patung sendiri

Liu Ye, 39 tahun asal Zhuhai City menikah dengan duplikat dirinya yang terbuat dari styrofoam. Patung duplikat ini sudah ia dandani mengenakan pakaian pengantin wanita. Salah satu alasannya menikahi diri sendiri untuk menunjukkan kekecewaannya atas kenyataan hidup. Pernikahan ini membuatnya merasa menjadi lebih hidup. Wow..

Membunuh tetangganya

Bujang berinisial FN alias Nunur tega membunuh tetangganya yang tengah hamil Iis Aisyah (32), hanya gara-gara kesal kerapkali ditanya “kapan kawin?” Pemuda berusia 28 tahun itu membunuh Iis yang sedang hamil 8 bulan pada Jumat pada Februari 2018, di Kampung Pasir Jonge, Desa Sukawangi, Kecamatan Singajaya, Garut. IA sendiri ditangkap polisi di Kalideres, Jakarta Barat.

Korban mengatakan kepada pelaku ‘segera kawin, yang lain kan sudah menikah semua, kok kamu tidak kawin-kawin’. Ternyata, nasihat itu menyinggung perasaan pelaku

Menikahi diri sendiri

Seorang perempuan asal Uganda yang dalam beberapa tahun terakhir melajang akhirnya memutuskan untuk menikahi dirinya sendiri. Lulu Jemimah (32 tahun) disebut melamar dirinya sendiri dalam sebuah pesta seremoni di Uganda untuk menggelar pesta pernikahan sendiri.

Melansir Dailymail, Rabu 10 Oktober 2018, orang-orang disekitar Lulu Jemimah tidak terkesan dengan kondisi dan segala pencapaiannya meski pada 2017 ia diketahui mendapat beasiswa untuk berkuliah program S2 di Universitas Oxford, Inggris jurusan penulisan kreatif.

Terlepas dari kesuksesannya, orangtuanya hanya berpikir tentang kapan dia akan mendapatkan pacar dan menikah.

Lulu Jemimah mantap menikahi diri sendiri di Quepasa Bar di ibukota Uganda pada Agustus 2018, diakuinya keputusan ini dipilih lantaran ia merasa lelah diminta orangtuanya untuk memilih seorang calon pasangan.

Lalu bagaimana membalas pertanyaan "kapan nikah?"

Erna menyebut jika lawan bicara masih seumuran membalas pertanyaan itu sangat mudah, cepat menyetop pertanyaan selanjutnya, dan cepat beres, Erna menyarankan agar Anda menyatakannya dengan nada datar saja, dan tidak meledek.

Lalu jika orangtua yang bertanya bagaimana? justru disitu susahnya.

"Maka dari itu, pertanyaan seperti ini akan membuat terpuruk dan malu. Ya para orangtua sebaiknya tahan lah pertanyaan itu, jangan ditanyakan lagi. Karena itu perlu di hindari pertanyaan pribadi yang menganggu kenyamanan orang sekitar kita, Kita mengajarkan sopan santun, tapi ada pembiaran untuk hal-hal yang sudah jadi kebiasaan," pungkasnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI