Suara.com - Salah satu kerajinan tangan yang membuat pengunjung Annual Meeting IMF-WB 2018, Nusa Dua Bali, takjub saat mengunjungi Indonesia Pavilion adalah kipas khas Bali buatan UMKM milik AAA Mas Utari N SH (47).
Bagaimana tidak, kipas yang didominasi warna-warna cerah seperti, hijau, biru, merah, oranye, pink, dan kuning ini memiliki ragam corak yang unik.
Pengunjung juga pasti tak akan menyangka bahwa ragam kipas cantik yang dipajangnya di dinding bambu itu terbuat dari limbah.
“Ya, kipas yang kami buat bahannya memang banyak memanfaatkan limbah, seperti kawat, kaleng bekas, oli pelumas dan sisa-sisa kain,” jelas Utari mengawali perbincangan.
Baca Juga: Tujuh Tahun Cerai, Orangtua Beyonce Mesra Lagi Demi Anak
Dari limbah tersebut, perempuan yang akrab disapa Gung Mas ini menyulapnya menjadi kipas ramah lingkungan berbentuk kipas lebar. Ia yang dibantu oleh lebih dari 50 karyawan ini mengaku mampu memproduksi sekitar 300 kipas ramah lingkungan per hari.
“Kipas ramah lingkungan ini, banyak disukai wisatawan lokal yang datang ke Bali untuk oleh-oleh,” imbuh perempuan ramah ini.
Selain kipas ramah lingkungan, UMKM-nya juga memproduksi model kipas eksklusif, yaitu Kipas kayu berbahan kain Wastra dan kipas kayu lukisan. Untuk kipas kayu berbahan kain Wastra, kata Gung Mas, bisa memanfaatkan sisa kain kebaya, batik atau kain tradisional lainnya yang sudah tidak terpakai.
“Bisa juga bahannya sesuai permintaan konsumen, karena ingin dipadankan dengan pakaiannya, dan itu biasanya kebaya,” terang perempuan kelahiran Bali itu.
Untuk kipas kayu lukisan, lanjut Gung Mas, temanya sangat beragam, mulai dari tokoh-tokoh wayang, tari tradisional Bali, atau bentuk-bentuk lainnya yang khas Bali.
Baca Juga: Atasi Stunting, Kementan Siap Luncurkan Padi ber-Zink Tinggi
Jenis kipas ini diproduksi rata-rata 100 kipas per hari, karena membutuhkan waktu agak lama, mengingat dipengaruhi tingkat kerumitan dan feel dalam proses pembuatannya.